Logo Bloomberg Technoz

Sudah Mahal, Tunggu Koreksi Bila Mau Beli Emas Antam

Ruisa Khoiriyah
22 March 2023 08:14
Ilustrasi Logam Mulia Antam (logammulia.com)
Ilustrasi Logam Mulia Antam (logammulia.com)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas di pasar global sempat melesat mendekati rekor tertinggi sepanjang sejarah, menyusul turbulensi sektor perbankan di Amerika dan Eropa. Kini, setelah otoritas di negara-negara ekonomi utama dunia itu menempuh berbagai langkah demi “memadamkan api sebelum kebakaran meluas”, perlahan kekhawatiran pelaku pasar mereda.

Imbasnya, harga emas yang sering menjadi tempat berlindung dari gejolak pasar, kembali kalem. Tapi, harga emas di pasar domestik masih bertahan di atas Rp 1 juta per gram.

Harga emas di pasar spot diperdagangkan di US$ 1.943,42/ons (Rp 1,05 juta/gram) pada pukul 7:49 WIB, Rabu (22/3/2023). Senin lalu, harga emas sempat melambung menyentuh US$ 2.005/ons (Rp 1,08 juta/gram), mendekati level tertinggi sepanjang masa di US$ 2.075,47/ons (Rp 1.12 juta/gram).

Emas yang biasa ditempatkan sebagai safe haven, menjadi serbuan pemodal yang ketakutan terhadap guncangan sektor perbankan di Amerika dan Eropa akan semakin meluas.

Di Indonesia, harga emas fisik yang dijual Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) ikut melesat menyentuh Rp 1,089 juta per gram pada hari Senin, meski kini sedikit beringsut turun ke posisi Rp 1,084 juta per gram hari ini.

Adapun harga beli kembali (buyback price) ikut menurun di harga Rp 973.000 per gram. Ini menjadikan selisih harga jual emas Antam dan harga buyback oleh Antam mencapai Rp 116.000.

Tunggu koreksi harga

Harga emas di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh pergerakan harga emas di pasar global. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (ASI) juga turut menentukan pergerakan harga emas.

Biasanya laju emas berkebalikan dengan pergerakan dolar AS karena keduanya sama-sama menjadi safe haven di pasar dunia. Jadi, ketika harga emas dunia turun, dolar AS biasanya menguat, yang menyeret pelemahan rupiah. Ini yang akhirnya membuat penurunan harga emas di pasar domestik tidak sedrastis lajunya di pasar dunia. 

Analis emas Victory International Futures Suluh Wicaksono menilai, harga emas fisik saat ini sudah terlalu mahal. Ia menyarankan bila hendak masuk mengoleksi emas fisik, sebaiknya investor menunggu koreksi harga lebih dulu.

Harga emas di pasar global berpotensi kembali turun menyusul langkah pengetatan moneter oleh Federal Reserves (The Fed) diperkirakan akan berlanjut. Kenaikan bunga acuan membuat pamor dolar AS jauh lebih menarik dengan tingkat imbal hasil mencapai 4,25%. 

Namun, dalam jangka panjang, emas fisik masih menjanjikan sebagai instrumen untuk menyimpan dana menghadapi inflasi uang kertas. Joeliardi Sunendar, pengamat pasar modal dan pemilik JS Investment Research and Advisory, memberi gambaran, saat Presiden AS Richard Nixon melepaskan peg dolar AS terhadap emas, sekitar 50 tahun lalu, 1 troy ounce emas bisa dibeli di harga US$ 35.

Kini, 1 troy ounce emas membutuhkan uang kertas hampir 700% lebih besar. Butuh setidaknya US$ 2.000, 50 tahun kemudian. Satu troy ounce emas setara dengan 31,1035 gram.

Untuk kasus Indonesia, kenaikan harga emas lebih dramatis lagi karena terdongkrak pula oleh harga dolar AS terhadap rupiah. Pada 1971 untuk 1 troy ounce emas seseorang hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 12.775.

Bandingkan dengan saat ini di mana untuk memborong 1 troy ounce emas saja, seseorang harus merogoh kocek hingga Rp 30 juta atau setara dengan kenaikan 234.000%. 

(rui)