Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Nyaris Jebol Rp16.000/US$, Seberapa Kuat BI Menahan?

Tim Riset Bloomberg Technoz
02 April 2024 10:25

Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)
Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah pagi ini terperosok ke level terlemah dalam empat tahun terakhir, tinggal sejengkal lagi menyentuh titik psikologis Rp16.000/US$ di pasar spot, Selasa (2/4/2024). Bank Indonesia selaku pemegang mandat stabilisasi rupiah dipastikan sibuk menahan tekanan terhadap mata uang agar tidak semakin terperosok dan memicu kekhawatiran yang semakin meluas.

Dalam berbagai kesempatan, para anggota Dewan Gubernur BI berulang menyatakan, jurus bank sentral menjaga rupiah dilangsungkan dalam strategi yang disebut sebagai triple intervention, yakni intervensi langsung ke pasar spot, pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan intervensi ke pasar Surat Berharga Negara (SBN). 

“Caranya [stabilisasi rupiah] bagaimana? Ya, kami intervensi di pasar valas supaya stabil di pasar tunai atau spot. Supaya ke depan menguat melalui forward disebut Domestic Non-Delivery Forward. Kami intervensi di pasar valas, dua itu volatilitas kita intervensi secara tunai atau spot. Arahnya kita juga intervensi secara forward melalui DNDF," ujar Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan di Jakarta, akhir Januari lalu.

Untuk mengatasi aliran dana asing yang keluar atau net outflow, BI melakukan pembelian SBN yang dijual oleh pihak asing pada pasar sekunder. Selain untuk menjaga kestabilan rupiah, langkah ini dilakukan BI untuk memberikan kepastian kepada investor asing dan menjaga likuiditas rupiah tidak kering.

“Kalau kami jual valas, kan, kami mensuplai valas dan cadangan devisa, dampaknya rupiah masuk... supaya likuiditas rupiah keluar lagi ya kami beli SBN. SBN yang dijual asing kami beli, likuiditas rupiah nambah lagi istilahnya sterilize intervention atau intervensi  valas yang disterilisasi supaya dampak likuiditas rupiah tidak berdampak ke stabilitas sistem keuangan,” jelas Perry.