Logo Bloomberg Technoz

Koreksi pada saham transportasi didukung oleh terkontraksinya harga saham PT Mitra International Resources Tbk (MIRA) drop 16,7%, dan saham PT Indonesia AirAsia Tbk (CMPP) yang turun 10%. Serta saham PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) drop 9,76%.

Adapun saham-saham konsumen non primer juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Oscar Mitra Sukses SejahteraTbk (OLIV) drop 11,1% dan saham PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) juga terjebak di zona merah dengan penurunan 10,4%. Serta saham PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT) drop 9,76%.

Senada, saham-saham unggulan LQ45 juga melemah dan jadi pemberat, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) drop 4,75%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) melemah 2,82%. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkontraksi 2%.

Senada, tren negatif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, PT Astra International Tbk (ASII) drop 1,9%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melemah 1,84%. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 1,54%. Serta PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melemah 0,44%.

Menariknya, saham ANTM dan MDKA melemah di tengah harga emas dunia membukukan rekor baru dengan kenaikan menyentuh 0,62% menuju US$ 2.192,06/troy ons. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa untuk posisi harga penutupan (Closing).

Hal tersebut ikut memicu kenaikan harga emas Antam. Adapun harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menguat hari ini. Kenaikan yang membawa menuju rekor baru.

Pada Kamis, emas Antam dihargai mencapai Rp 1.222.000/gram. Naik Rp 5.000 dan sekaligus menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Sebagai gambaran, rekor harga emas Antam sebelumnya adalah di Rp 1.219.000/gram.

Sementara harga pembelian kembali (Buyback) oleh Antam ada di Rp 1.114.000/gram. Juga bertambah Rp 5.000 dibandingkan hari sebelumnya dan lagi-lagi menjadi rekor tertinggi.

Harga emas melesat tinggi bertepatan jelang pengumuman data ekonomi di Amerika Serikat (AS). Besok malam waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis akan mengumumkan data Personal Consumption Expenditure (PCE) periode Februari.

PCE adalah indikator acuan inflasi yang menjadi preferensi Bank Sentral Federal Reserve. Jadi, data ini bisa menjadi salah satu yang menentukan arah suku bunga acuan.

“Kita harus melihat apakah inflasi cukup ‘Jinak’ atau belum untuk memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga,” kata Alex Turro, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Mencermati indeks secara regional, kinerja Bursa Asia bergerak bervariasi. Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 1,59%, indeks Shanghai menghijau 0,91%, indeks Nikkei 225 drop 1,68%, indeks Strait Times Singapore melemah 0,62%, dan indeks Kospi200 turun 0,18%.

(fad)

No more pages