Logo Bloomberg Technoz

Manfaat Ekonomi Hilirisasi Nikel Diramal Runtuh pada Tahun Ke-8

Redaksi
04 March 2024 13:50

Pekerja mengawasi aliran logam cair panas hasil tambang nikel saat mengalir dari tungku di Norilsk, Rusia. (Andrey Rudakov/Bloomberg)
Pekerja mengawasi aliran logam cair panas hasil tambang nikel saat mengalir dari tungku di Norilsk, Rusia. (Andrey Rudakov/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Manfaat pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah yang menjadi basis proyek penghiliran industri pertambangan nikel diestimasikan hanya akan bertahan dalam jangka pendek.

Sebuah riset dari lembaga think tank asal Finlandia, Centre for Research on Energy and Clean Air (Crea), bertajuk Debunking the Value-added Myth in Nickel Downstream Industry, menyebutkan bahwa ekspor nikel memang terbukti naik 750% dari hanya US$4 miliar pada 2014 menjadi US$34 miliar pada 2022, setelah nickel ore dilarang ekspor sejak 1 Januari 2020.

Penelitian yang melibatkan lembaga lokal Center of Economic and Law Studies (Celios) itu menekankan pertumbuan ekonomi secara agresif pun terlihat langsung di sentra-sentra peleburan nikel seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.

Suasana Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Minggu (9/7/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, di wilayah-wilayah tersebut, industri hilir nikel ditaksir menyumbanng US$4 miliar (sekitar Rp62,8 triliun) pada tahun ke-5 pembangunannya.

“Namun, setelah itu, dampak negatif industri ini terhadap lingkungan dan produktivitas pertanian maupun perikanan akan mulai memengaruhi total output perekonomian, dan menurun secara drastis setelah tahun ke-8,” ujarnya dalam rangkuman riset tersebut.