Logo Bloomberg Technoz

Sentimen Krisis dari Credit Suisse Diyakini Hanya Sementara

Krizia Putri Kinanti
16 March 2023 13:42

Credit Suisse (Sumber: Bloomberg)
Credit Suisse (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Saham Credit Suisse merosot 31% pada Rabu (15/03/2023), dan obligasinya jatuh ke level terdalam, menandakan kesulitan keuangan lembaga keuangan asal Swiss tersebut. Gejolak tersebut menyebabkan penangguhan otomatis dalam perdagangan saham Credit Suisse di pasar Swiss dan membuat saham di bank-bank Eropa lainnya anjlok, beberapa dengan dua digit.

Namun sentimen negatif yang timbul akibat krisis Credit Suisse diyakini tidak akan bertahan lama dan berdampak signifikan kepada Indonesia.

Menurut  Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto, pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa akan bahu membahu untuk menolong lembaga keuangan sebesar Credit Suisse. Pasalnya apabila permasalahan ini tidak tertangani dengan baik, akan menimbulkan efek domino besar terhadap perekonomian global.

"Terkait Credit Suisse, dampak ke Indonesia secara makro saya lihat lebih ke sentimen saja yang biasanya sebulan dua bulan akan mereda. Justru yang harus melakukan penyesuaian adalah pemerintahan masing-masing Amerika dan Eropa untuk bagaimana mengatasi ini," ujar Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto dalam diskusi publik Indef secara daring, Kamis (16/3/2023).

Ia mengatakan dengan adanya peristiwa kebangkrutan beberapa bank di Amerika Serikat, maka The Fed seharusnya akan lebih tidak agresif dalam menaikkan suku bunga, dan Uni Eropa juga seharusnya mengikuti. 

Credit Suisse Group AG tengah berusaha untuk mengatasi jatuhnya kepercayaan pasar dan akan meminjam dana sebanyak 50 miliar franc (Rp 828,3 triliun) dari fasilitas likuiditas bank sentral Swiss, Swiss National Bank (SNB). Menurut Eko, hal ini bisa membantu mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Eropa.

Saham Credit Suisse kehilangan lebih dari seperempat nilai sahamnya pada Rabu (15/3/2023). Ini terjadi setelah munculnya kekhawatiran investor tentang kegagalan industri perbankan pascakejatuhan tiga bank di AS.

Sebelum nilai sahamnya jatuh, pemegang saham terbesar bank itu, Saudi National Bank, mengatakan bahwa mereka tidak akan menyuntikkan lebih banyak uang ke Credit Suisse, yang dilanda masalah panjang, bahkan sebelum kejatuhan bank di AS terjadi.