Logo Bloomberg Technoz

Harga Nikel Buntung, Industri Smelter RI Masih Bisa Untung

Sultan Ibnu Affan
01 March 2024 09:40

Fasilitas pemrosesan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia, Rabu (8/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Fasilitas pemrosesan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia, Rabu (8/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah Indonesia membeberkan ihwal perhitungan untung-rugi berbagai perusahaan tambang hingga pengolahan atau smelter nikel saat ini, di tengah anjloknya harga komoditas mineral penting itu sepanjang tahun lalu hingga awal 2024.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto mengatakan, jika harga nikel berada di kisaran US$15.000—US$16.000 per ton, perusahaan di luar Indonesia akan mengalami arus kas atau cashflow negatif hingga 50%.

"Sepertinya kalau di harga US$16.000—US$17.000 per ton, mungkin kira-kira 50% nikel dunia itu cashflow-nya negatif, untuk di luar Indonesia," ujar Seto di Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Di lain sisi, Seto mengatakan, perusahaan smelter nikel di Indonesia dinilainya masih memperoleh nilai margin yang positif antara US$1.000 hingga US$2.500 jika rerata harga nikel berada di rentang  tersebut.

Dia mengelaborasi perusahaan smelter yang berbasis teknologi pirometalurgi atau rotary kiln electrical furnace (RKEF), yang menghasilkan baja nirkarat atau stainless steel dari nikel saprolite masih akan mendapatkan margin keuntungan di US$1.000—US$1.500.