Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Lesu Terseret Gejolak Credit Suisse & Penantian Suku Bunga

Ruisa Khoiriyah
16 March 2023 10:25

Pelemahan nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS terus tertekan (Bloomberg)
Pelemahan nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS terus tertekan (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali terseret gejolak pasar global yang saat ini tengah dibekap kecemasan menyusul krisis Credit Suisse, bank investasi besar asal Swiss. Credit Suisse effect membuat pelaku pasar di seluruh dunia ketakutan akan terjadinya krisis baru karena itu terjadi pasca kejatuhan tiga bank di AS, ditambah kebingungan pasar akan arah bunga acuan The Federal Reserves menyusul data baru perekonomian. 

Nilai tukar rupiah di pasar spot diperdagangkan di posisi Rp 15.438 per dolar AS, turun mendekati posisi terlemah dalam dua bulan pada 10 Maret lalu saat nilai tukar rupiah terjatuh ke level Rp 15.479/US$. 

Rupiah kembali tertekan akibat gejolak terbaru pasar keuangan global menyusul Credit Suisse effect dan spekulasi bunga Fed (Bloomberg)

Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) melemah ke posisi 6,73% menunjukkan minat terhadap aset yang risikonya relatif rendah meningkat kendati kemarin pemodal asing menjual sekitar Rp 580 miliar posisi mereka di surat berharga negara. 

Menunggu BI7DRR

Hari ini pandangan pelaku pasar akan mengarah ke MH Thamrin, markas Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur. Konsensus ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan BI akan menahan bunga acuan di level 5,75% berbekal inflasi domestik yang diperkirakan akan terus melandai mendekati target bank sentral. 

"Mulai membesarnya ekspektasi The Fed untuk segera pivoting menuju kebijakan moneter yang lebih longgar saat ini menurunkan tekanan terhadap BI dalam beberapa pekan terakhir. Kami meyakini saat ini jadi momentum yang tepat bagi bank sentral untuk menahan bunga acuannya dalam menyikapi ekspektasi krisis keuangan global yang sedang melanda pasar global saat ini," tulis Samuel Sekuritas dalam catatan pagi yang diterima Bloomberg Technoz, Kamis.

Bank Indonesia (BI) memiliki cukup alasan untuk mempertahankan BI rate di level 5,75% (Bloomberg)