Logo Bloomberg Technoz

Harga Mahal, Pemerintah Tak Transparan Soal Defisit Beras RI

Dovana Hasiana
31 January 2024 12:40

Penggilingan padi./Bloomberg-Hollie Adams
Penggilingan padi./Bloomberg-Hollie Adams

Bloomberg Technoz, Jakarta – Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai komunikasi publik yang buruk dari pemerintah soal defisit beras menjadi penyebab dari kenaikan harga beras.

Penyebabnya, kata Dwi, selama ini pemerintah selalu menggembar-gemborkan ihwal defisit produksi beras sebesar 2,8 juta ton pada Januari dan Februari 2024 tanpa pernah menjelaskan dengan lengkap makna di baliknya.

Hal ini menyebabkan kepanikan di masyarakat karena secara otomatis akan berusaha mengamankan persediaan masing-masing. Dengan demikian, harga beras naik imbas pasokan di pasar yang berkurang.

“Komunikasi yang buruk menyampaikan tanpa memberikan penjelasan apapun. Komunikasi penting karena kalau kita lihat di berbagai berita, pejabat mengatakan bahwa Januari defisit 1,2 juta ton dan Februari defisit 1,6 juta ton. Seolah-olah kita kekurangan beras 2,8 juta ton. Itu kemudian menyebabkan situasi panik di pasar,” ujar Dwi saat dihubungi, Rabu (31/1/2024). 

Pedagang merapihkan beras di Pasar Minggu, Senin (11/9/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)


Defisit beras, padahal, bukan berarti Indonesia memiliki pasokan nasional yang lemah. Menurut Dwi, defisit merupakan hasil dari jumlah produksi pada bulan yang bersangkutan dikurangi konsumsi pada bulan yang bersangkutan. Kondisi defisit memang lazim terjadi pada setiap tahun pada Mei dan Agustus.