Logo Bloomberg Technoz

Selisih Yield Makin Sempit, Hati-Hati Capital Outflow

Ruisa Khoiriyah
10 March 2023 14:32

Ilustrasi Kantor Bank Indonesia (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Kantor Bank Indonesia (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sorotan terhadap Bank Indonesia (BI) akan semakin besar dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan akan berlangsung pekan depan, persisnya pada 15-16 Maret 2023. Perkembangan terakhir yang terjadi di Amerika Serikat (AS) memperlihatkan arah kebijakan bunga The Federal Reserves memberi sinyal hawkish yang lebih agresif daripada perkiraan sebelumnya. 

Fed Fund Rate yang kini sebesar 4,75% diekspektasikan bakal naik 100 bps dalam beberapa kuartal mendatang, semakin mendekati posisi BI7DRR yang kini berada di level 5,75%, kata Putera Satria Sambijantoro, Kepala Ekonom Bahana Sekuritas, pada Bloomberg Technoz, Jumat pagi (10/3/2023).

Pasar kini dalam posisi menunggu data perkembangan pasar tenaga kerja AS pada Jumat malam (10/3/2023). Data itu krusial memberi sinyal lanjutan kebijakan The Fed yang diprediksi akan menaikkan bunga acuan 50 bps ke level 5.25% pada 22 Maret nanti.

Bila BI masih bertahan tidak mengubah arah bunga dalam rapat pekan depan sedang The Fed melaju dengan keputusan sesuai prediksi pasar, maka selisih antara BI7DRR dan Fed Fund Rate akan semakin sempit dan mempersempit pula selisih yield obligasi negara. Hal itu bisa memicu risiko baru yaitu arus keluar modal asing dari pasar domestik (capital outflow).

Saat ini saja, selisih imbal hasil (yield) antara Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun dengan US Treasury tenor yang sama hanya sebesar 300 bps. “Itu merupakan yield spread terendah sepanjang sejarah di mana yield US Treasury 4% dan SUN 10 tahun ada di 7%,” kata Satria Sambijantoro.