Logo Bloomberg Technoz

Inflasi 2023 Rendah Saat Harga Sembako Mahal, Ini Penjelasannya

Azura Yumna Ramadani Purnama
02 January 2024 12:45

Pedagang melayani pembeli sayur dan cabai keriting merah di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pedagang melayani pembeli sayur dan cabai keriting merah di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang 2023 adalah 2,61%. Lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5,51%.

Inflasi 2023, di luar tahun pandemi Covid-19 yaitu 2020 dan 2021, adalah yang terendah dalam 20 tahun. 

Sumber: BPS

Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala BPS, menyebut salah satu penyebab rendahnya inflasi adalah efek acuan atau base effect yang tinggi. Pada 2022, penyebab lonjakan inflasi adalah kenaikan harga BBM subsidi. 

Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Pertalite pada 3 September 2022.

"Setelah terjadi shock seperti kenaikan harga BBM bersubsidi, level IHK (Indeks Harga Konsumen) akan naik tinggi. Sebagai contoh 2005 di mana seiring kenaikan harga BBM maka tingkat inflasi relatif tinggi. Selanjutnya pada 2006 inflasi lebih rendah. Inilah yang disebut base effect," jelas Amalia dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Selasa (2/1/2024).