Logo Bloomberg Technoz

Stok China Tumpah Ruah, Harga Batu Bara Makin Sulit Bullish

Sultan Ibnu Affan
03 November 2023 10:45

Pekerja memeriksa batu bara di tambang batu bara terbuka PT Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Kamis (7/7/2011). (Dadang Tri/Bloomberg)
Pekerja memeriksa batu bara di tambang batu bara terbuka PT Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Kamis (7/7/2011). (Dadang Tri/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Industri batu bara diprediksi masih akan terus diteror oleh tekanan harga, seiring dengan anomali pasokan sumber energi fosil di China yang merupakan konsumen terbesar komoditas pertambangan tersebut.

Founder Traderindo sekaligus analis komoditas Wahyu Laksono mengatakan China masih – dan akan selalu – menjadi ujung tombak penentu harga batu bara, meski faktor lain seperti penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan anomali harga minyak dunia ikut memberi sentimen.

Dia mengatakan saat minyak dunia sempat melonjak di atas US$90/barel akibat kebijakan pangkas produksi OPEC+ pada akhir kuartal III-2023, harga komoditas energi lainnya seperti batu bara dan gas turut mendapat angin segar.

“Namun, belakangan minyak kembali terkoreksi dan mendekati US$80/barel. Batu bara sempat rebound, tetapi koreksi lagi. Sempat US$200/ton, tetapi anjlok lagi ke US$150/ton, bahkan mulai mendekati US$100/ton. Demand masih lemah,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (3/11/2023).

Pada perdagangan Kamis (2/11/2023), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$120/ton, naik sangat tipis 0,29% dari hari sebelumnya. Pada 27 Oktober hingga 1 November, harga batu bara turun tanpa putus. Selama 4 hari tersebut, harga jatuh 11,83%.