Logo Bloomberg Technoz

Bos Freeport: Jorjoran Proyek Smelter, Hilirisasi RI Tak Ekonomis

Mis Fransiska Dewi
25 October 2023 07:40

Menko Airlangga Hartarto didampingi Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengunjungi smelter Freeport (Dok. Humas Kemenko Perekonomian)
Menko Airlangga Hartarto didampingi Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengunjungi smelter Freeport (Dok. Humas Kemenko Perekonomian)

Bloomberg Technoz, Jakarta – PT Freeport Indonesia (PTFI) menilai kebijakan penghiliran industri mineral logam yang digalakkan pemerintah, tetapi hanya berorientasi pada kejar tayang investasi smelter, justru tidak terlalu menguntungkan secara ekonomis.

Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, pada dasarnya, pengusaha sektor tambang mineral tidak keberatan dengan semangat peningkatan nilai tambah dalam Undang-Undang No. 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).

Nilai tambah tersebut ditujukan untuk komoditas mineral logam andalan Indonesia, seperti; nikel, tembaga, besi, bauksit, dan sebagainya. Permasalahannya, setiap komoditas memiliki karakter nilai tambah yang berbeda-beda.

“[Kebijakan penghiliran] tidak bisa one size fits all. Jadi bukan, semua [komoditas pertambangan] harus begini [dipukul rata]. Enggak bisa juga seperti itu sebenarnya. Harus dilihat masing-masing [sektor pertambangannya],” ujarnya, Selasa (24/10/2023) petang.  

[Kebijakan penghiliran] tidak bisa one size fits all. Jadi bukan, semua [komoditas pertambangan] harus begini [dipukul rata].

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas

Dia mencontohkan, di sektor pertambangan tembaga, produk konsentrat seringkali dinilai sebagai barang mentah. Konsentrat tembaga, padahal, sudah merupakan produk turunan yang bernilai tambah dari bijih tembaga atau ore.