Hilirisasi Jalan Terus, Bisnis Nikel Antam Bakal Makin Tangguh?
Referensi
24 April 2025 15:00

Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menunjukkan kinerja yang tetap tangguh di tengah dinamika proyek hilirisasi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), setelah LG Energy Solution (LGES) memilih mundur dari skema Indonesia Grand Package. Pemerintah memastikan proyek senilai US$ 9,8 miliar tersebut tetap berjalan, dan peluang hilirisasi tetap terbuka bagi Antam.
Antam, sebagai pemasok utama bijih nikel limonit, masih melanjutkan kemitraan strategis dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL), anak usaha dari CATL, salah satu pemain terbesar industri baterai EV global.
“Hilirisasi baterai EV tetap menjadi peluang strategis bagi Antam meski LG mundur,” ujar analis Panin Sekuritas Andhika Audrey, Kamis (24/4/2025).
Andhika menilai, hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai EV akan mendongkrak valuasi jangka panjang Antam. Sejalan dengan itu, Panin Sekuritas menaikkan target harga saham ANTM dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.300, menggabungkan pendekatan DCF (30%) dan EV/EBITDA sebesar 8,6x untuk tahun 2025.
Katalis positif juga datang dari lini bisnis emas. “Mulai 2025, Antam mendapat pasokan 30 ton emas dari Freeport tanpa beban premium atau PPh impor. Ini akan jadi game changer bagi margin dan struktur biaya,” jelas Andhika.
Secara fundamental, kinerja keuangan Antam pada tahun buku 2024 juga terjaga. Berdasarkan laporan keuangan terakhir, Antam membukukan laba bersih sebesar Rp 3,15 triliun atau tumbuh 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 49,4 triliun, dengan kontribusi signifikan dari penjualan logam mulia dan nikel.
Volume produksi dan penjualan feronikel pada 2024 masing-masing mencapai 26.163 ton dan 26.480 ton nikel dalam feronikel, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, cadangan nikel Antam tetap kuat, mendukung keberlanjutan bisnis jangka panjang di sektor hilirisasi.
Sebelumnya, pemerintah menyampaikan bahwa keluarnya LGES dari beberapa joint venture (JV) tidak mengubah struktur utama proyek. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa mitra baru dari Tiongkok, yakni Huayou, bersama BUMN Indonesia akan mengambil alih posisi LG di JV 1, 2, dan 3.
“Pembangunan Grand Package tetap sesuai rencana awal. Tidak ada pembatalan ataupun penghentian,” ujar Bahlil.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo telah meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia pada Juli 2024, hasil kerja sama antara Hyundai Motor Group dan LGES melalui PT HLI Green Power. Pabrik yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, ini memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt hour (GWh) per tahun.
Pemerintah menargetkan groundbreaking lanjutan untuk proyek-proyek terkait tetap dilakukan pada 2025, dengan total investasi yang akan dieksekusi mencapai hampir US$ 8 miliar.
Dengan sinyal kuat dari pemerintah dan mitra baru yang tetap mendukung ekosistem EV, Antam dipandang memiliki posisi yang strategis untuk tetap menjadi bagian penting dari rantai pasok global kendaraan listrik.
(red)