Relawan PNM Kawal Pemulihan Korban Banjir di Aceh dan Sumatra

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sebulan setelah banjir dan longsor melanda Pulau Sumatera, jejak bencana masih terasa kuat di berbagai wilayah. Di Aceh Tamiang, Peureulak, Kota Langsa, Kabupaten Pidie hingga Bireuen, banyak keluarga prasejahtera masih berjuang memulihkan kehidupan mereka. Aktivitas ekonomi belum sepenuhnya pulih, terutama bagi warga yang menggantungkan penghasilan dari usaha kecil dan rumahan.
Di tengah kondisi tersebut, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) kembali mengirimkan relawan ke lapangan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan masyarakat terdampak tetap mendapat perhatian, meski sorotan publik terhadap bencana mulai berkurang. Para relawan menyusuri rumah warga, lokasi pengungsian, dan titik-titik krusial yang terdampak cukup parah.
Kehadiran relawan PNM kali ini tidak hanya membawa bantuan kebutuhan sehari-hari. Mereka juga hadir sebagai penguat di masa pemulihan yang sering kali lebih berat dibandingkan fase tanggap darurat. Bagi banyak keluarga, tantangan justru muncul setelah banjir surut, ketika mereka harus kembali menata hidup dengan keterbatasan.
Sebagian besar warga yang ditemui relawan merupakan nasabah PNM Mekaar. Sebelum bencana, mereka menjalankan warung kecil, usaha kuliner rumahan, atau aktivitas ekonomi sederhana lainnya. Usaha tersebut menjadi tulang punggung pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari.
Namun banjir yang datang tiba-tiba mengubah segalanya. Air merendam rumah sekaligus tempat usaha. Peralatan rusak, stok dagangan hanyut, dan aktivitas usaha terpaksa berhenti. Hingga sebulan pascakejadian, banyak dari mereka belum mampu memulai kembali usaha karena keterbatasan modal dan sarana.
Para relawan PNM menyaksikan langsung kondisi tersebut di lapangan. Saat menyalurkan bantuan, mereka juga menyempatkan diri berbincang dengan warga. Percakapan itu membuka gambaran nyata tentang betapa panjangnya proses pemulihan bagi masyarakat kecil yang bergantung pada penghasilan harian.
Dalam berbagai titik penyaluran, keluhan yang sama kerap muncul. Warga mengaku kesulitan bangkit karena tidak memiliki cukup dana untuk membeli kembali peralatan usaha. Di sisi lain, kebutuhan rumah tangga tetap harus dipenuhi setiap hari.
Pemulihan yang Masih Panjang
Sekretaris Perusahaan PNM, L. Dodot Patria Ary, menjelaskan bahwa keputusan untuk kembali turun ke lapangan didorong oleh kenyataan bahwa dampak bencana belum sepenuhnya berakhir. PNM menilai kehadiran di masa pemulihan sama pentingnya dengan bantuan saat bencana terjadi.
“Sebulan setelah kejadian, kami melihat sendiri bahwa banyak masyarakat dan nasabah kami masih berjuang. Kehadiran relawan diharapkan bisa membantu meringankan beban sekaligus memberi semangat agar mereka bisa kembali bangkit,” ujarnya.
Pernyataan tersebut mencerminkan pendekatan PNM yang tidak hanya berfokus pada aspek pembiayaan. Pendampingan sosial dan perhatian berkelanjutan menjadi bagian dari upaya perusahaan dalam mendukung kelompok usaha mikro, khususnya perempuan prasejahtera yang menjadi sasaran utama program Mekaar.
Di lapangan, bantuan yang disalurkan relawan mencakup kebutuhan pokok yang masih sangat dibutuhkan warga. Meski terlihat sederhana, bantuan ini menjadi penopang penting di tengah keterbatasan. Bagi banyak keluarga, bantuan tersebut membantu mereka bertahan sambil menunggu kondisi ekonomi kembali stabil.
Lebih dari itu, kehadiran relawan membawa pesan bahwa mereka tidak sendirian. Di tengah kelelahan fisik dan mental pascabencana, dukungan moral menjadi hal yang tak kalah penting. Warga merasa diperhatikan dan didengar, sebuah hal yang kerap terabaikan setelah fase darurat berlalu.
Aceh Tamiang dan sejumlah wilayah lain di Sumatera memang dikenal rawan bencana hidrometeorologi. Ketika banjir dan longsor terjadi, dampaknya tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga memukul sendi-sendi ekonomi masyarakat kecil. Proses pemulihan pun sering kali berlangsung lama dan bertahap.
Bagi pelaku usaha mikro, satu bulan tanpa aktivitas usaha dapat berdampak signifikan. Tabungan menipis, sementara kebutuhan terus berjalan. Dalam situasi seperti ini, dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak menjadi sangat krusial.
PNM melihat bahwa pemulihan ekonomi masyarakat tidak bisa dilepaskan dari keberlanjutan usaha kecil. Oleh karena itu, kehadiran relawan tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga menjadi bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan dalam mendampingi nasabahnya.
Dampak bencana di Aceh dan wilayah Sumatera lainnya menjadi pengingat bahwa pemulihan tidak berhenti ketika air surut. Bagi masyarakat prasejahtera, efek bencana bisa dirasakan dalam waktu lama. Kehilangan alat usaha dan modal sering kali membutuhkan waktu lebih panjang untuk dipulihkan.
Di tengah proses tersebut, kehadiran relawan dan perhatian yang konsisten menjadi salah satu penopang penting. Langkah PNM untuk kembali turun ke lapangan menunjukkan bahwa solidaritas tidak mengenal batas waktu. Upaya ini diharapkan dapat membantu masyarakat bangkit perlahan, memulihkan usaha, dan menata kembali kehidupan mereka.
Dengan pendekatan yang humanis dan berkelanjutan, PNM menegaskan perannya tidak hanya sebagai lembaga pembiayaan, tetapi juga mitra bagi masyarakat kecil dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk bencana alam. Dukungan yang diberikan diharapkan mampu menjaga harapan warga agar tetap menyala, sekaligus membuka jalan menuju pemulihan yang lebih kokoh.































