Logo Bloomberg Technoz

Sebelumnya, praktisi senior di industri Migas Hadi Ismoyo memandang kendala lokasi ekstrem hingga persoalan tumpang tindih dengan kawasan konservasi menjadi faktor utama WL  Akimeugah I dan Akimeugah II tak kunjung terlelang meskipun sudah beberapa kali ditawarkan pemerintah.

Hadi menilai, Akimeugah I dan Akimeugah II justru termasuk salah satu WK paling strategis di Indonesia. Ia menyebut estimasi sumber daya kedua blok tersebut mencapai sekitar 25 miliar barel minyak dan 50 trillion cubic feet (TCF) gas, dengan indikasi hidrokarbon yang telah dibuktikan melalui sejumlah sumur eksplorasi oleh operator sebelumnya.

Namun demikian, Hadi menegaskan dua kendala besar ihwal lokasi ekstrem serta persoalan tumpang tindih dengan kawasan TN Lorentz masih menjadi ganjalan utama bagi investor.

“Sudah ada beberapa sumur explorasi dari operator sebelumnya yg menunjukkan indikasi keberadaan HC. Selain hal tersebut, di Papua Nugini sebelah Timur dari Perbatasan RI - Papua Nugini ExxonMobil sudah sukses eksploitasi gas dengan cadangan yang luar biasa dengan kapasitas saat ini menuju 12 MTA LNG,” kata Hadi ketika dihubungi, Rabu (24/12/2025).

Oleh sebab itu, dia menilai keberadaan Akimeugah I dan Akimeugah II dengan jalur yang hampir mirip dengan lokasi penemuan tersebut berpotensi menghasilkan cadangan yang kurang lebih sama dengan yang ditemukan di Papua Nugini tersebut.

Lebih lanjut, kendala pertama yang dihadapi investor untuk menggarap WK tersebut yakni belum adanya kejelasan menyeluruh terkait status tumpang tindih sebagian wilayah kerja dengan Taman Nasional Lorentz.

kepastian hukum dan regulasi terkait batas wilayah yang dapat dikonversi secara terbatas menjadi WK migas.

Kendala kedua, kata Hadi, berkaitan dengan medan wilayah yang sangat berat dan minimnya akses infrastruktur.

Hadi menilai kondisi geografis tersebut menuntut peran Kementerian PU hingga pemerintah daerah dalam memetakan sekaligus membangun akses menuju WK Akimeugah sebagai bagian dari dukungan logistik.

Medan yang ekstrem tersebut diprediksi akan meningkatkan biaya eksplorasi dan pengembangan blok migas tersebut. Dengan begitu, dia memprediksi hanya perusahaan migas kelas kakap saja yang akan berinvestasi di WK tersebut.

“Kemungkinan hanya pemain pemain besar yang bisa masuk ke sana,” ungkap dia.

WK Akimeugah I dan Akimeugah II tercatat telah tiga kali ditawarkan pemerintah melalui mekanisme lelang terbuka. Namun hingga saat ini, belum ada kontraktor yang ditetapkan sebagai pemenang.

Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuka lelang 8 blok minyak dan gas bumi (migas) pada penawaran tahap III-2025.

Sebagai informasi, WK Akimeugah I terletak di wilayah onshore Papua Selatan dan Papua Pegunungan dengan luas area 10.791,21 km². Blok ini memiliki potensi sumber daya besar yang diperkirakan mencapai 15 miliar barel setara minyak (BBOE).

Kontrak ditawarkan dengan skema cost recovery maupun gross split. Untuk cost recovery, pembagian hasil ditetapkan 50:50 untuk minyak dan gas, sementara pada gross split base split sebesar 53:47 untuk minyak dan 51:49 untuk gas.

Komitmen kerja pasti mencakup kegiatan G&G serta akuisisi dan pemrosesan seismik 2D/3D atau pengeboran sumur eksplorasi dalam tiga tahun pertama. Bonus tanda tangan ditetapkan melalui open bid dengan nilai minimum US$200.000.

Kemudian, Blok Akimeugah II juga berada di wilayah onshore Papua Selatan dan Papua Pegunungan dengan luas area mencapai 12.987,68 km². Potensi sumber daya diperkirakan mencapai 15 BBOE.

Skema kontrak yang ditawarkan dapat menggunakan cost recovery maupun gross split. Pada skema cost recovery, pembagian hasil ditetapkan 50:50 untuk minyak dan gas, sedangkan base split gross split sebesar 53:47 untuk minyak dan 51:49 untuk gas.

Komitmen kerja pasti meliputi kegiatan G&G serta akuisisi dan pemrosesan seismik 2D/3D atau pengeboran sumur eksplorasi. Bonus tanda tangan ditetapkan melalui open bid dengan nilai minimum US$200.000.

(dhf)

No more pages