Logo Bloomberg Technoz

Pangkas Produksi 2026, RI Diramal Defisit Bijih Nikel 44 Juta Ton

Azura Yumna Ramadani Purnama
21 December 2025 12:00

Sampel ore nikel./Bloomberg-Carla Gottgens
Sampel ore nikel./Bloomberg-Carla Gottgens

Bloomberg Technoz, Jakarta – Pemangkasan produksi bijih nikel menjadi 250 juta ton pada 2026 berpotensi membuat smelter atau pabrik pengolahan nikel di Indonesia kekurangan pasokan bijih mencapai 44 juta ton.

Ketua Badan Kejuruan Pertambangan Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII), Rizal Kasli mencatat saat ini Indonesia mengoperasikan smelter pirometalurgi berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) sebanyak 49 smelter atau sekitar 226 line produksi dengan kebutuhan bijih nikel sebanyak 232 juta ton.

Kemudian, terdapat 6 pabrik pengolahan hidrometalurgi atau berbasis high pressure acid leach (HPAL) dengan total line produksi sebanyak 15 line dan memiliki kebutuhan nikel kadar rendah sebanyak 62 juta ton.


“Sehingga total kebutuhan nikel untuk pabrik smelter/refinery yang sudah beroperasi sebanyak 294 juta ton,” kata Rizal ketika dihubungi, Minggu (21/12/2025).

Akan tetapi, dia menggaris bawahi defisit pasokan nikel sekitar 44 juta ton tersebut belum memperhitungkan smelter yang sedang dalam tahap konstruksi sekitar 40 pabrik pengolahan dan diprediksi membutuhkan bijih nikel sebanyak 215 juta ton.