Bitcoin ikut terseret sentimen negatif, kembali diperdagangkan di kisaran US$86.000 setelah sempat menembus US$90.000 pada Rabu.
Aksi jual di sektor teknologi, ditambah komentar pejabat bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang mendukung peluang pemangkasan suku bunga, mendorong kenaikan harga obligasi AS tenor dua dan lima tahun yang kerap menjadi aset lindung nilai. Sebaliknya, obligasi jangka panjang AS melemah, mendorong imbal hasil tenor 10 tahun naik satu basis poin ke sekitar 4,15% pada Rabu, yang turut menopang dolar AS.
Di pasar komoditas, harga emas dan perak melonjak, dengan perak mencatat salah satu kenaikan harian terbaiknya tahun ini hingga menembus rekor baru. Harga minyak bangkit dari level terendah baru-baru ini di tengah meningkatnya risiko geopolitik yang melibatkan Rusia dan Venezuela.
Pergerakan tajam lintas kelas aset ini mengindikasikan para pelaku pasar bisa menghadapi periode liburan yang sibuk, ketika likuiditas tipis kerap memperbesar fluktuasi harga. Pada Desember 2018, ketidakpastian kebijakan suku bunga dan perdagangan sempat memangkas hampir 10% nilai S&P 500.
Menjelang akhir tahun, narasi yang lebih jelas mulai terbentuk dalam beberapa pekan terakhir: saham-saham teknologi berkapitalisasi besar yang selama ini menopang reli pasar berpotensi kehilangan kemampuan untuk menggerakkan pasar sendirian, menurut Fawad Razaqzada dari Forex.com.
“Kepercayaan terhadap sektor ini sedang diuji, terutama terkait apakah valuasi yang sudah sangat tinggi dan belanja besar untuk kecerdasan buatan masih dapat dibenarkan,” ujarnya.
Para trader juga bersiap menghadapi rilis data inflasi pada Kamis, diiringi sikap skeptis karena indeks harga konsumen (IHK) berisiko kurang andal dari biasanya akibat gangguan penutupan pemerintahan.
Di Asia, nilai tukar yen bergerak stabil pada Kamis pagi, dengan Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Jumat ke level tertinggi dalam tiga dekade.
Di tempat lain, perekonomian Selandia Baru pulih lebih kuat dari perkiraan ekonom pada kuartal ketiga, dengan penurunan suku bunga membantu mendorong aktivitas setelah kontraksi pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, China Vanke Co, yang pernah menjadi pengembang properti terbesar di negara tersebut, semakin mendekati kemungkinan salah satu restrukturisasi utang terbesar dalam sejarah China.
(bbn)































