Bagi McKinsey, ini adalah jenis pendekatan penghematan biaya yang sering direkomendasikan oleh konsultan mereka kepada klien. Pertumbuhan pendapatan perusahaan telah stagnan dalam lima tahun terakhir, memicu penyesuaian setelah perekrutan massal selama dekade sebelumnya.
“Saat firma kami merayakan ulang tahun ke-100, kami beroperasi di era yang dibentuk oleh kemajuan pesat dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mengubah bisnis dan masyarakat,” kata juru bicara McKinsey.
“Sama seperti kami bekerja sama dengan klien untuk memperkuat organisasi mereka, kami juga menjalani perjalanan kami sendiri untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi fungsi pendukung kami.”
Masih terlalu dini untuk menilai dampak bersih terhadap jumlah karyawan, kata juru bicara tersebut. Dari tahun 2012 hingga 2022, jumlah karyawan perusahaan meningkat dari 17.000 menjadi sebanyak 45.000. Sejak itu, jumlahnya turun menjadi sekitar 40.000.
Pendapatan perusahaan secara keseluruhan telah berkisar antara US$15 hingga US$16 miliar dalam lima tahun terakhir, meskipun Sternfels mengatakan kepada para mitra bahwa perusahaan melihat pertumbuhan yang membaik.
McKinsey masih berencana untuk merekrut lebih banyak konsultan meskipun mengurangi fungsi pendukung, kata para sumber. Mereka belum menetapkan nama kode untuk rencana kali ini.
Upaya McKinsey untuk memangkas sekitar 1.400 pekerjaan pada 2023 dengan kode Project Magnolia telah membuat banyak karyawannya cemas, kata salah satu sumber.
Periode yang Menantang
Ini adalah titik balik bagi pionir industri konsultasi, yang akar sejarahnya bermula dari seorang profesor akuntansi di Universitas Chicago. James McKinsey mendirikan perusahaan pada 1926, memberikan jasa konsultasi kepada sebuah perusahaan pengolahan daging lokal. McKinsey sejak itu telah mengumpulkan daftar klien yang mengesankan, mulai dari perusahaan blue-chip seperti Coca-Cola Co. dan Goldman Sachs Group Inc. hingga pemerintah di seluruh dunia.
Jaringan pengaruh yang luas itu terlihat jelas dalam pertemuan tahunan mitra pada Oktober, yang juga menjadi kickoff perayaan centennial McKinsey. Chairman Rio Tinto Dominic Barton, CEO Visa Inc. Ryan McInerney, dan mantan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice hadir dalam acara tersebut, menurut sumber yang mengetahui acara tersebut. Selebritas Oprah Winfrey, menambahkan daya tarik bintang yang mengejutkan.
Sternfels mengambil panggung utama dan memberitahu rekan-rekannya bahwa perusahaan akhirnya siap untuk keluar dari masa pertumbuhan yang suram selama bertahun-tahun.
“Saya ingin bertanya kepada kalian, apakah semua antusias dengan misi kita? Apakah kalian merasa kita memiliki peluang yang baik?” ia menyemangati hadirin.
Sebelumnya dirinya mengatakan bahwa masa-masa baik akan segera datang bagi mereka yang menjawab ya. Sternfels sedang menjalani masa jabatan keduanya sebagai mitra pengelola global McKinsey, pemimpin de facto firma tersebut.
Baca Juga: Adaptasi AI atau Tergilas di Era Teknologi Kecerdasan Buatan
Walau memiliki pengaruh yang besar, McKinsey menghadapi periode menantang di industri ini karena klien menjadi lebih hemat biaya, memaksa perusahaan untuk menghadapi penurunan permintaan terhadap layanan tradisionalnya.
McKinsey, EY, dan PwC telah melakukan PHK karyawan dalam beberapa tahun terakhir untuk menghadapi penurunan ini. Bulan lalu, McKinsey memangkas sekitar 200 posisi teknologi global saat bergabung dengan pesaingnya dalam menggunakan kecerdasan buatan untuk mengotomatisasi beberapa posisi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Accenture Plc telah memperingatkan bahwa upaya Presiden AS Donald Trump untuk memotong pengeluaran pemerintah untuk konsultasi akan menghambat pertumbuhannya. Pasar lain juga menghadapi tantangan tersendiri. Di China, Beijing telah menghalangi penggunaan pasar konsultasi internasional demi mendukung perusahaan lokalnya sendiri.
Belum berhenti, McKinsey terdampak atas keputusan pemerintahan Arab Saudi, yang sedang mengurangi pembayaran kepada firma konsultasi untuk berbagai proyek di seluruh kerajaan. Dalam 10 tahun hingga 2024, McKinsey memperoleh setidaknya US$500 juta per tahun dari negara tersebut, menurut seorang sumber yang mengetahui hal tersebut, menjadikannya salah satu klien terbesar perusahaan.
Sternfels, betapa, telah menyampaikan nada yang lebih optimis, mengulang pesan bahwa firma tersebut siap untuk melampaui hambatan dan serangkaian skandal yang merusak citranya.
McKinsey harus menghadapi reaksi keras di AS terkait keterlibatannya dengan China dan Arab Saudi, dan masih terpukul oleh keterlibatannya dengan beberapa produsen opioid terbesar di dunia.
McKinsey wajib membayar ratusan juta dolar AS dalam denda sipil dan penyelesaian hukum untuk menyelesaikan tuduhan bahwa mereka membantu memperburuk epidemi obat mematikan di AS.
“Saya merasa kita telah memperbaiki kapal kita secara kolektif,” kata Sternfels kepada rekan-rekannya di Chicago.
(bbn)
































