Logo Bloomberg Technoz

APBN Kembali Jadi Motor Pertumbuhan, Kredit Masih Jadi Tantangan

09 December 2025 18:00

Executive Business Luncheon (Bloomberg Technoz/Arie Pratama)
Executive Business Luncheon (Bloomberg Technoz/Arie Pratama)

Bloomberg Technoz, Jakarta - APBN kembali menempati posisi strategis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026.

Dalam forum Executive Business Luncheon 2025 yang diselenggarakan Technoz Studio di bawah Bloomberg Technoz, pemerintah menegaskan pentingnya peran kebijakan fiskal di tengah ketidakpastian global yang terus meningkat.

Acara yang digelar 5 Desember 2025 di Roemah Kuliner Jakarta ini mempertemukan regulator, ekonom, dan pelaku industri. Melalui tema Navigating Indonesia's Growth Through Fiscal Discipline, diskusi berlangsung intens dan memberikan gambaran mendalam mengenai arah stabilitas ekonomi nasional.

Direktur Strategis Produktivitas dan Pertumbuhan Ekonomi DJSEF Kemenkeu, Andriansyah, menjelaskan bahwa APBN dirancang untuk menjadi motor penggerak sektor swasta.

“APBN bisa menjadi katalis, terutama untuk mendorong pihak swasta,” ujar Andriansyah.

Sebagai langkah konkret, pemerintah menambah likuiditas di bank-bank Himbara hingga Rp276 triliun. Selain itu, paket kebijakan 8+4+5 disiapkan untuk memperkuat daya beli, mempercepat deregulasi perizinan, dan memperbaiki iklim investasi nasional.

Ia juga menegaskan komitmen pemerintah terhadap disiplin fiskal. “Kami melihat bahwa defisit untuk 2026 berada di 2,68%. Pak Purbaya berkomitmen menjaga fiscal rules: defisit maksimal 3% dan rasio utang 60%,” ujar Andriansyah.

Ia menambahkan bahwa strategi fiskal diarahkan pada peningkatan penerimaan negara, efisiensi belanja, dan pembiayaan yang lebih terukur.

Meski suplai likuiditas melimpah, sejumlah ekonom menilai persoalan justru berada pada sisi permintaan kredit. Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, mengatakan penyaluran kredit tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan dana.

“Kami menduga ada isu dalam permintaan kredit itu sendiri. Karena itu, kebijakan fiskal saja tidak cukup,” ujar Josua.

Ia menilai pelaku usaha masih berhati-hati dalam melakukan ekspansi sehingga supply dana perbankan belum sepenuhnya terserap optimal.

Menurut Josua, kepercayaan investor global terhadap Indonesia tetap terjaga berkat komitmen pemerintah pada disiplin fiskal. Sebenarnya itu salah satu hal yang direspons positif investor asing. Mereka melihat kita kembali ke defisit 3% lebih cepat setelah pandemi,” tambahnya.

Ia menekankan perlunya peningkatan produktivitas sektor riil serta koordinasi lintas lembaga agar stimulus fiskal bisa memberikan dampak optimal.

Jaga Momentum Pertumbuhan Berkelanjutan

Sementara itu, Head of IFG Progress, Ibrahim Khoilul Rohman, menyampaikan bahwa kombinasi kebijakan jangka pendek dan jangka panjang harus berjalan seimbang. Ia menegaskan pentingnya sinergi kebijakan untuk menghasilkan pertumbuhan inklusif.

“Kalau kita mau mencapai sustainable growth, peningkatan FDI dan ekspor harus berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat,” ujar Ibrahim.

Ia menilai stabilitas makro yang dijaga pemerintah memberi kepastian bagi investor dan dunia usaha, terutama dalam merencanakan investasi jangka panjang di tengah kondisi global yang tidak menentu.

Forum Executive Business Luncheon 2025 memperkuat posisi Technoz Studio sebagai penyelenggara forum premium berbasis riset, data, dan storytelling. Format dialog dua arah memungkinkan peserta memahami langsung arah kebijakan dari para regulator.

Dengan APBN ditempatkan sebagai motor utama pertumbuhan pada 2026, pemerintah berharap sinergi antarlembaga mampu mempercepat penyaluran stimulus ke sektor riil. Menutup diskusi, Andriansyah menyampaikan optimisme pemerintah.

“Dengan eksekusi kebijakan yang terpadu, stimulus fiskal diharapkan memberikan dampak optimal bagi perekonomian nasional,” tutupnya.

APBN menjadi jangkar stabilitas di tengah ketidakpastian, namun tantangan pada permintaan kredit tetap menuntut terobosan. Sinergi kebijakan fiskal, peningkatan kepercayaan pelaku usaha, dan perbaikan produktivitas menjadi kunci agar Indonesia tetap berada pada jalur pertumbuhan sehat dan berkelanjutan pada 2026.