Lebih lanjut, ia menjelaskan, efektivitas kebijakan ini terlihat dari menguatnya transmisi kredit dan sejumlah indikator moneter. Per Oktober 2025, ia mengklaim kredit tumbuh dikisaran 7,4%, Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 11,5%, dan uang beredar (M0) meningkat 7,8%.
Selain itu, penempatan SAL juga disebutnya menekan cost of fund, terlihat dari penurunan suku bunga pasar uang antarbank, bunga deposito, serta bunga kredit tertimbang.
"Kami melihat bahwa penempatan dana ini, itu bisa memperkuat dampak pelonggaran moneter BI terhadap suku bunga pasar uang antar bank," kata dia.
Ke depan, pemerintah menilai keberhasilan kebijakan penempatan SAL akan ditentukan oleh kemampuan dunia usaha dan masyarakat memanfaatkan peningkatan likuiditas menjadi permintaan kredit yang nyata. Untuk itu, Kemenkeu dan kementerian/lembaga terkait menggabungkan strategi supply side (likuiditas dan suku bunga) dengan demand side (permintaan kredit).
Andriansyah menambahkan efektivitas penempatan SAL juga ditopang oleh dua langkah pendukung lainnya. Pertama, pemerintah melakukan Debottlenecking investasi melalui Satgas untuk membantu pelaku usaha mengatasi hambatan regulasi sehingga ekspansi bisnis dapat berjalan lebih lancar.
Kedua, pemerintah memperkuat daya beli masyarakat dengan menjaga inflasi tetap dalam rentang sasaran, menyalurkan bantuan sosial, menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG), serta memperluas berbagai program perumahan yang memiliki efek pengganda besar terhadap perekonomian.
"Misalkan sektor perumahan, misalkan dampak dari multiplier dari pembangunan perumahan, baik itu dari sisi sektor konstruksi, sektor jasa konstruksi, bangunan, penjualan semen dan lainnya itu tentu akan berdampak ke perumahan dan itu akan nanti berdampak ke permintaan kredit," ujar dia.
(prc/frg)































