Melansir Bloomberg, Mark Matthews, Head of Asia Research Julius Baer, mengatakan The Fed kemungkinan besar akan memangkas suku bunga pada pertemuan pekan ini, lalu kembali melakukan pemangkasan pada Januari dan Maret tahun depan. Akan tetapi, Matthews bilang pasar masih menunggu untuk melihat seberapa hawkish arah pemangkasan tersebut, terutama lantaran masih ada perbedaan pandangan di antara para anggota FOMC yang memiliki hak suara.
Dalam kesempatan terpisah, Kevin Hassett, Direktur National Economic Council yang digadang-gadang akan menggantikan Jerome Powell, mengatakan hal yang sama bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps bisa dilakukan.
Penurunan suku bunga ini akan membuat investasi di aset-aset berbasis dolar AS akan menjadi kurang menarik bagi investor. Sehingga, dolar AS kemungkinan akan mengalami tekanan jual dan nilai tukarnya menjadi turun.
Sepanjang awal bulan ini, pergerakan indeks dolar AS masih mencerminkan sikap kehati-hatian investor global. Indeks dolar bergerak volatil cenderung melemah.
Dari sisi domestik, kenaikan cadangan devisa pada November menjadi US$150,1 miliar, yang sedikit lebih tinggi dari posisi Oktober dan November memberi sinyal kuatnya posisi likuiditas Bank Indonesia (BI) untuk menjaga moneter dari gunjangan fluktuasi mata uang. Akan tetapi, kondisi internal seperti bencana Sumatera cukup dapat membebani fiskal dengan estimasi kerugian Rp28,8 triliun hingga Rp37,1 triliun.
(dsp/aji)































