Keputusan pada hari Jumat merupakan salah satu keputusan yang paling menantang bagi Bank Sentral India (RBI) dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa ekonom memprediksi bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap pada level saat ini setelah data pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pelemahan rupee ke level terendah sepanjang sejarah pada pekan ini. Mata uang tersebut telah melemah hampir 5% terhadap dolar AS tahun ini, menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, terutama karena penurunan ekspor setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif 50% terhadap barang-barang India.
Langkah-langkah RBI “mendukung pertumbuhan, dan campuran pertumbuhan-inflasi yang terus berkembang membuka peluang untuk satu kali lagi pemotongan suku bunga,” kata Churchil Bhatt, VP Eksekutif Investasi di Kotak Mahindra Life Insurance Co.
Rupee mengalami pergerakan yang fluktuatif pada pagi hari Jumat, berayun antara kenaikan dan penurunan saat para pedagang mencerna pengumuman suku bunga. Mata uang tersebut naik 0,1% menjadi 89,8875 terhadap dolar AS pada pukul 12 siang waktu setempat, setelah sebelumnya sempat turun di bawah level 90 pada awal hari.
Obligasi pemerintah India bertenor 10 tahun menguat, dengan yield turun hingga 6 bps menjadi 6,45%, setelah RBI juga mengumumkan langkah-langkah untuk menyuntikkan sekitar US$16 miliar ke sistem perbankan melalui pembelian obligasi dan pertukaran valuta asing.
Inflasi melemah menjadi 0,25% pada Oktober, jauh di bawah target 4% bank sentral, mendorong RBI untuk menurunkan proyeksi inflasi untuk tahun fiskal hingga Maret menjadi 2% dari 2,6%. RBI juga menaikkan proyeksi pertumbuhannya untuk periode tersebut menjadi 7,3% dari 6,8% sebelumnya.
“Meskipun menghadapi lingkungan eksternal yang tidak menguntungkan dan menantang, ekonomi India telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa,” kata Malhotra. “Ruang gerak yang diberikan oleh prospek inflasi telah memungkinkan kami untuk tetap mendukung pertumbuhan.”
Beragam langkah likuiditas RBI diharapkan dapat menyeimbangkan arus kas yang berkurang akibat penjualan dolar di pasar valuta asing, seiring dengan dukungannya terhadap pelemahan rupee. Malhotra mengatakan tujuan utama pembelian obligasi di pasar terbuka adalah untuk menyuntikkan likuiditas primer dan bukan untuk mempengaruhi nilai tukar atau imbal hasil obligasi.
Dhiraj Nim, ekonom di Australia & New Zealand (ANZ) Banking Group, mengatakan pemangkasan suku bunga tidak seharusnya melemahkan rupee terlalu banyak, karena Federal Reserve diperkirakan akan melonggarkan kebijakan pada Desember, yang akan mempertahankan selisih suku bunga antara kedua pasar.
“Kami percaya ini bisa menjadi pemotongan suku bunga terakhir,” katanya. “Dari sini ke depan, RBI akan lebih banyak mendukung melalui likuiditas.”
(bbn)
































