Logo Bloomberg Technoz

Pernyataan Agus tersebut membuat produsen mobil bernapas lega, beberapa dari pabrikan menyebut bahwa insentif tersebut bisa menjadi panasea di tengah lesunya penjualan harga mobil hingga Oktober lalu.

Informasi saja, dari Januari hingga Oktober 2025, penjualan mobil baru mencapai angka 635,844 secara wholesales atau turun sebanyak 10,6% apabila dibandingkan dengan penjualan selama Januari hingga Oktober 2025 di level 711.064 unit. Padahal Gaikindo mematok target penjualan mobil hingga tahun depan mencapai 850 ribu unit.

Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director Honda Prospect Motor menyebut bahwa Honda menyambut baik inisiatif pemerintah dalam menggerakan industri dalam negeri melalui insentif yang rencananya akan diluncurkan di tahun 2026 tersebut.

“Kami menanggap itu rencana yang sangat baik ya, kami yakin pemerintah banyak pertimbangan, kajian, tentunya tujuannya untuk pertumbuhan pasar otomotif dan juga industri otomotif.” kata Billy, dalam gelaran Gaikindo Jakarta Auto Week, Tangerang.

Setali tiga uang, Bob Azam, Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia menyambut rencana insentif yang akan dikucurkan oleh pemerintah mengingat penjualan mobil yang saat ini sedang berdarah-darah. Ia mengatakan insentif yang diberikan pemerintah di kala Covid-19 merebak lalu kemungkinan bisa menjadi acuan insentif pemerintah untuk menggerakan sektor otomotif.

“Seperti pengalaman kita waktu Covid itu, pemerintah kasih insentif. Bukannya income pemerintah turun, malah naik. Karena orang yang beli lebih banyak, sehingga pajaknya juga lebih besar.” kata Bob.

Sambutan terhadap wacana pemerintah ini juga dilontarkan oleh pabrikan Jepang lainnya yakni PT Astra Daihatsu Motor. Daihatsu menilai bahwa apapun kebijakan pemerintah seyogyanya sudah dipikirkan dengan matang.

"Pasti kita mengapresiasi. Kalau langkah pemerintah itu kan pasti sudah dipikirkan dengan matang," kata Direktur Marketing dan Direktur Corporate Planning & Communication Daihatsu, Sri Agung Handayani  saat ditemui di gelaran Gaikindo Jakarta Auto Week, Tangerang, Jumat (21/11/2025).

Harapan Insentif yang Terpatahkan

Sebelumnya, Airlangga memastikan pada tahun depan pemerintah tidak akan menggelontorkan insentif di bidang otomotif.

“Insentif tahun depan tidak ada” tegas Airlangga kepada wartawan, Rabu (26/11/2025).

“Karena industrinya sudah cukup kuat apalagi sudah pameran di sini, kuat banget,” jelas dia. 

Airlangga, yang saat itu berada di ICE BSD menunjuk gelaran Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW 2025) yang memang tengah dilaksanakan di area tersebut. Kemenperinpun secara gamblang membantah bahwa adanya pameran bukan berarti industri otomotif sedang baik-baik saja.

Febri juga memandang banyaknya pameran otomotif bukan berarti menunjukkan bahwa industri otomotif sedang kuat. Kuat tidaknya industri otomotif nasional, kata dia, hanya bisa disimpulkan berdasarkan data penjualan dan produksi otomotif.

“Sebaliknya, banyak pameran otomotif adalah upaya dan perjuangan industri untuk tetap mempertahankan demand ditengah anjlok penjualan domestiknya dan sekaligus melindungi pekerjanya dari PHK. Sekali lagi, kita harus menggunakan data statistik yang ada untuk menggambarkan kondisi obyektif industri otomotif saat ini dan tidak menggunakan jumlah event pameran otomotif,” ungkap Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief dalam siaran media, Selasa (2/12/2025).

Febri bilang penjualan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) memang meningkat signifikan. Penjualan EV melonjak tajam pada periode Januari-Oktober 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, kenaikan penjualan ini sebagian besar berasal dari kendaraan EV impor. 

Dia menjelaskan dari total penjualan kendaraan EV pada tahun ini sebanyak 69,146 unit, sebesar 73% merupakan kendaraan EV impor produksi dan nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja industri tersebut berada di negara lain. 

Sementara segmen kendaraan lain yang diproduksi di dalam negeri dan memiliki share terbesar dalam pasar industri otomotif nasional terus mengalami penurunan penjualan signifikan, bahkan jauh dibawah jumlah produksi tahunan kendaraan pada segmen tersebut.

“Jadi, keliru jika kita menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat dengan hanya mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu,” kata Febri dalam siaran pers, dikutip Senin (1/12/2025). 

“Penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh di bawah angka produksinya di kala penjualan kendaraan EV impor naik tajam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Dan, harus menjadi indikator pertumbuhan industri otomotif nasional saat ini. Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif untuk membalikkan keadaan tersebut,” jelas dia.

Menurut Febri, pelemahan pasar yang terjadi secara simultan dapat berdampak pada penurunan utilisasi pabrik, penurunan investasi, serta berpotensi mengancam keberlanjutan lapangan kerja di industri otomotif dan sektor komponen. 

“Tidak adanya intervensi kebijakan akan membuat tekanan ini semakin dalam, dan efeknya dapat memengaruhi struktur industri secara keseluruhan,” imbuhnya.

(ell)

No more pages