Hal ini menandakan meningkatnya permintaan atas "kefasihan AI" di seluruh departemen, di luar karier teknologi dan teknik. IBM juga menemukan bahwa organisasi yang berfokus pada peningkatan keterampilan, 63% lebih mungkin mengungguli pesaing mereka dalam pertumbuhan pendapatan, dan 44% kemungkinan lebih melaporkan peningkatan kepuasan pelanggan.
Tak Semua PHK Akibat AI
Hal lainnya, temuan ini muncul di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di perusahaan teknologi. Amazon sendiri memangkas lebih dari 14.000 karyawannya pada Oktober 2025 lalu.
CEO Andy Jassy menegaskan keputusan itu bukan tentang AI yang menggantikan manusia. "Ini bukan tentang biaya, dan ini bukan tentang AI," kata Jassy kepada Business Insider. "Ini tentang kultur."
Dia menjelaskan bahwa Amazon menghapus lapisan-lapisan yang tidak perlu agar beroperasi lebih seperti perusahaan rintisan (startup) — lebih cepat, lebih ramping, dan dengan lebih sedikit manajer menengah, yang memperjelas bahwa restrukturisasi tersebut bersifat internal, bukan didorong oleh AI.
Meskipun AI bisa mengotomatiskan tugas-tugas yang berulang, banyak perusahaan mendistribusikan kembali bakat — bukan menghilangkannya — dan berfokus pada apa yang masih dapat dilakukan manusia dengan baik.
(far/wep)
































