“80 km/jam ini bukan sekadar angka, itu level yang dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur atap, pohon tumbang, dan banjir bandang jika bertemu topografi rentan,” lanjut Faisal.
Dalam konferensi pers di pusat komando MHEWS Jakarta, Faisal kembali menegaskan risiko turunan sistem tersebut.
“Walau 48 jam ke depan intensitas sistem geraknya menurun dan statusnya bisa berubah menjadi depresi tropis, itu bukan berarti Aceh aman. Dampak lanjutan bisa lebih merusak dibanding inti fenomenanya sendiri,” ucapnya.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, memaparkan bahwa ada lima provinsi yang menerima imbas terkuat dari sistem ini, termasuk Sumut, Sumbar, Riau, dan Kepulauan Riau. “Dari data radar curah hujan, Aceh dan Sumut menerima intensitas hujan paling berat. Sementara Riau dan Sumbar masuk kategori siaga karena hujannya intermiten tapi berhari–hari, disertai angin lintas laut,” jelas Guswanto.
BMKG juga menyoroti peningkatan kecepatan angin di pesisir dan aktivitas laut yang memburuk. “Kami tidak hanya bicara hujan, angin kencang 2–3 hari bertiup dari Selat Malaka akan meningkatkan gelombang dan bisa membahayakan nelayan serta transportasi laut,” ujar Guswanto.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyebut bahwa kehadiran Siklon Senyar di Selat Malaka adalah fenomena yang jarang terjadi.
“Ini kejadian tidak umum, karena Indonesia dekat ekuator. Tapi lima tahun terakhir kita melihat anomali: siklon makin sering mendekat. Dampaknya bahkan bisa terasa meski pusat siklonnya tidak melintas langsung,” paparnya.
Menutup pernyataan, BMKG bersama Basarnas meminta kepala daerah dan warga tidak lengah, serta mengutamakan mitigasi dini. “Kami ingin informasi ini menghadirkan kesiapsiagaan, bukan kepanikan. Dengan prinsip: awas, siaga, selamat, kita targetkan zero victim,” pungkas Andri.
Dalam prospek cuaca mingguan 28 November–4 Desember 2025
BMKG menyebut 28–30 November Indonesia didominasi hujan ringan hingga ekstrem, dengan status peringatan Awas di Aceh, Sumut, dan Sumbar. “2–3 hari ke depan, Aceh dan Sumut jadi barometer bahaya hidrometeorologi kita. Ini bukan badai di tengah laut, ini sistem yang sudah menyapu daratan dan menyisakan flush atmosfer yang wajib disikapi sebagai ancaman,” ujar Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto.
Periode 29 November–3 Desember 2025, potensi hujan lebat masih menyebar di sebagian besar wilayah, dengan status Siaga dominan di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Papua Pegunungan. BMKG menegaskan bahwa prospek ini bersifat umum dan bisa lebih spesifik bergantung pembaruan sistem peringatan.
BMKG bersama Basarnas meminta pemerintah daerah dan publik menyiapkan langkah mitigasi cepat. “Early warning harus menghadirkan early action. Prinsipnya awas, siaga, selamat. Kita jaga narasi zero panic, dan dorong zero victim,” kata Faisal.
BMKG mengimbau masyarakat memantau kanal resmi seperti aplikasi infoBMKG dan media sosial @infoBMKG, serta menjauhi area terbuka saat hujan disertai petir atau angin kencang.
“Ketenangan publik adalah modal mitigasi. Yang berbahaya bukan hanya hujannya, tapi keputusan yang terlambat atau informasi yang salah,” pungkas Andri Ramdhani, Direktur Meteorologi Publik BMKG, saat menutup rilis resmi.
BNPB Catat 174 Korban Jiwa Banjir di Sumatera-Aceh, 79 Hilang
Banjir masih merendam beberapa wilayah di tiga provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Bencana hidrometeorologi ini tidak hanya merusak fasilitas umum tetapi juga menelan korban jiwa.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto melaporkan, per 28 November 2025, tercatat 174 korban meninggal dunia, 79 jiwa masih dinyatakan hilang, dan 12 luka-luka akibat bencana hidrometeorologi yang melanda Provinsi Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat.
Korban Banjir Di Sejumlah Daerah
Letjen TNI Suharyanto menyebut, banjir di Sumatera Utara hingga saat ini terdapat 116 korban meninggal dunia dan 42 orang hilang. Korban tersebar di beberapa wilayah, diantaranya Tapanuli Utara sebanyak 11 orang, dan Tapanuli Tengah 51 orang.
Lalu, di Tapanuli Selatan 32 orang, Kota Sibolga 17 orang, Humbang Hasundutan 6 orang, Kota Padang Sidempuan 1 orang, serta Pakpak Barat 2 orang, sementara di Mandailing Natal tidak melaporkan korban jiwa.
"Kami mencatat korban meninggal dunia 116 dan 42 masih dalam pencarian. Tentu saja data ini akan berkembang terus masih ada titik-titik yang belum ditembus. Yang disebutkan di lokasi longsor itu mungkin juga ada korban jiwa," katanya.
Kemudian, untuk banjir yang melanda Provinsi Aceh, BNPB mencatat 35 korban meninggal, 25 orang hilang, dan 8 luka-luka. Korban terbanyak berasal dari Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah. Hingga saat ini, pendataan masih berlangsung di sejumlah wilayah seperti Aceh Timur, Aceh Singkil, dan Aceh Utara.
Sementara itu, Banjir di Sumatera Barat, tercatat 23 korban meninggal, 12 orang hilang, dan 4 luka-luka yang tersebar di beberapa wilayah seperti Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Kota Padang, serta Pasaman Barat.
Beberapa wilayah melaporkan titik pengungsian, di antaranya 50 titik di Pesisir Selatan, 3 titik di Kota Padang, dan beberapa titik lain di Kabupaten Solok, Pasaman, dan Tanah Datar. Jumlah total pengungsi ada 3.900 KK.
(ell)
































