Pelemahan ini secara khusus mengkhawatirkan, setelah deflasi di tingkat pabrik mereda selama tiga bulan berturut-turut. Pemerintah bertindak dengan menekan kelebihan kapasitas dan persaingan yang sengit.
Prospek laba tetap suram karena permintaan komoditas dan barang manufaktur terancam melemah lebih lanjut. Pertumbuhan produksi industri menyusut lebih dari perkiraan bulan lalu, penjualan ritel hanya naik sedikit, sementara investasi mencatat penurunan tak terduga selama periode Januari-Oktober.
Perlambatan terbaru ini bukan berarti bahwa langkah-langkah stimulus tambahan akan diambil. Pejabat kebijakan China tak terburu-buru bertindak sekarang karena target pertumbuhan tahunan sekitar 5% untuk tahun ini tampaknya akan tercapai.
Dalam catatan terpisah, analis NBS Yu Weining memandang pemerintah akan "terus menerapkan" kebijakan yang ada dan "mendorong upaya terkoordinasi" untuk memperluas permintaan domestik dan memacu kontributor pertumbuhan baru.
Menurut Yu, alasan melemahnya laba pada Oktober di antaranya ialah beban keuangan dan efek statistik dari basis yang tinggi tahun lalu meningkat cukup cepat.
Apa Kata Bloomberg Economics...
"Penurunan laba industri China pada Oktober mengonfirmasi terjadi pelemahan ekonomi menjelang akhir tahun. Namun, berita utama itu mungkin melebih-lebihkan perlambatan tersebut, mengingat kenaikan yang kuat pada Agustus dan September sebagian mencerminkan basis yang rendah."
— Eric Zhu.
Menurut data NBS, perusahaan swasta paling terdampak, di mana pertumbuhan laba mereka dalam 10 bulan pertama melambat menjadi 1,9% dari 5,1% pada Januari-September.
Lonjakan laba perusahaan asing juga melambat, sementara perusahaan negara mengalami sedikit kenaikan marginal.
(bbn)































