Logo Bloomberg Technoz

Langkah dolar AS—yang membuat bahan baku lebih murah bagi pembeli luar negeri—juga menyusul kemunculan seorang pejabat yang memangkas suku bunga secara pro-suku bunga sebagai calon kepala bank sentral berikutnya.

Tembaga telah menguat hampir seperempat tahun ini, mencetak rekor di atas US$11.000/ton bulan lalu.

Kenaikan ini didorong oleh kendala pasokan di sejumlah tambang utama, kekurangan bijih besi, dan gelombang spekulasi bahwa pemerintahan Trump akan meninjau kembali rencana pungutan logam olahan tahun depan.

Penawaran Codelco biasanya menjadi patokan untuk industri ini, dan premi sebesar US$350 akan menunjukkan lonjakan besar dari US$89 yang disepakati untuk tahun ini.

Harga tembaga berjangka tiga bulan diperdagangkan 0,6% lebih tinggi pada US$10.818/ton di LME pukul 12:46 siang ini di Jakarta. Kelima logam utama lainnya menguat, dengan aluminium dan seng naik 0,4%, dan timah berada di jalur untuk mencapai penutupan tertinggi sejak April.

Sementara itu, kontrak bijih besi naik untuk hari ketiga di Singapura, naik 0,4% menjadi US$106,25/ton. Di China, kontrak berjangka dengan harga yuan di bursa Dalian juga menguat, sementara kontrak baja di Shanghai sedikit melemah.

Bijih besi akan turun ke rata-rata US$95/ton tahun depan karena pasokan tambahan dari proyek Simandou di Guinea dan produksi yang "sehat" dari perusahaan-perusahaan tambang besar, menurut BMI, sebuah perusahaan yang tergabung dalam Fitch Solutions.

(bbn)

No more pages