Logo Bloomberg Technoz

Riset Ina Sekuritas memaparkan secara total, volume penjualan grup merosot 2% secara tahunan hingga September, dengan kinerja kuartal III yang nyaris datar. Penjualan regional justru menjadi penopang, tumbuh 18% didorong lonjakan ekspor sebesar 25% yang mengimbangi lemahnya permintaan dalam negeri.

Meski volume tertekan, SMGR masih mampu mempertahankan disiplin harga. Rata-rata harga jual naik 1% pada kuartal III, terutama berkat kontribusi segmen semen kantong dan penyesuaian harga selektif. Harga jual di segmen fighting brand dan ekspor juga naik 2%, mencerminkan strategi harga yang hati-hati untuk menjaga margin.

Namun demikian, tekanan biaya belum mereda. Beban pokok penjualan memang turun tipis 1% menjadi Rp20,3 triliun, tetapi variabel cost meningkat akibat kenaikan harga bahan bakar. Efisiensi biaya tetap dilakukan di mana beban tetap berhasil ditekan 2%, sementara biaya operasional turun menjadi Rp3,8 triliun karena penghematan logistik dan promosi. Meski begitu, EBITDA masih terkoreksi 24% secara tahunan menjadi Rp3,3 triliun.

Tim Riset mengatakan transformasi yang dimulai Juli 2025 juga mulai menunjukkan hasil, ditandai kenaikan volume bulanan rata-rata dan perbaikan pangsa pasar menjadi 46,8%.

Kendati sejumlah indikator mulai membaik, pemulihan SMGR belum mulus. Perseroan masih menghadapi permintaan domestik yang lesu, margin tipis, serta tekanan biaya yang sensitif terhadap fluktuasi energi dan logistik. Kinerja entitas di Vietnam (TLCC) juga masih lemah sehingga belum dapat menjadi penopang.

(red)

No more pages