Kemarin, Dollar Index ditutup melemah 0,47% ke 99,733. Dollar Index pun genap turun dua hari beruntun. Namun hari ini dolar AS mulai perlahan bangkit. Kebangkitan ini yang kemudian menekan mata uang Asia.
Sepanjang tahun, rupiah keluar sebagai mata uang Asia dengan kinerja terburuk dengan pelemahan 3,49% year–to–date, di tengah capaian kinerja valuta Asia yang mayoritas menguat pada periode yang sama.
Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan reli mengesankan dengan penguatan mencapai 0,69% sejurus dengan arus pembelian yang gencar berlangsung di saham–saham berkapitalisasi besar.
IHSG kembali berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH) baru. Berdasarkan data Bloomberg, Jumat, IHSG ditutup menguat 0,69% di posisi 8.394,59 yang merupakan level harga tertinggi secara penutupan.
Terlebih lagi, IHSG menutup perdagangan hari ini dengan penguatan yang amat optimistis hingga menjadi juara terbaik di Bursa Asia dan juga ASEAN.
Sementara di pasar Surat Utang Negara, berdasarkan pantauan data realtime di OTC Bloomberg, mayoritas harga obligasi negara menguat ditandai dengan penurunan tingkat imbal hasil.
Yield 2Y turun 0,001 basis poin ke level 4,861%. Sedang tenor 4Y bahkan turun 1,3 bps saat ini ada di 5,303%. Begitu juga tenor 7Y turun yield–nya 0,1 bps menyentuh 6,080%.
Sementara tenor yang lebih panjang 11Y dan 18Y terpangkas masing–masing 0,4 bps dan 0,001 bps di 6,146% dan 6,536%.
Berbalik menguatnya rupiah juga tersengat sentimen perkembangan Cadangan Devisa per Oktober. Cadangan Devisa Indonesia berhasil mencatatkan kenaikan, ditopang oleh penerbitan surat utang pemerintah dalam denominasi valas.
Pada Jumat, BI mengumumkan Cadangan Devisa Indonesia per Oktober mencapai US$ 149,9 miliar. Naik US$ 1,2 miliar dibanding bulan sebelumnya.
“Kenaikan posisi Cadangan Devisa tersebut antara lain bersumber dari penerbitan global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa, di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi,” sebut Keterangan BI.
Posisi Cadangan Devisa per Oktober 2025 setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Ke depan, Bank Indonesia meyakini ketahanan sektor eksternal tetap kuat didukung oleh prospek ekspor yang tetap terjaga serta arus masuk penanaman modal asing yang diprakirakan terus berlanjut sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang tetap menarik. Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," papar laporan BI.
(fad/wep)































