Logo Bloomberg Technoz

Prabowo soal Gaduh Whoosh: Gak Usah Ribut, Saya Tanggung Jawab

Dovana Hasiana
04 November 2025 12:05

Kereta cepat Whoosh. (dok. KCIC)
Kereta cepat Whoosh. (dok. KCIC)

Bloomberg Technoz, JakartaPresiden Prabowo Subianto memastikan proyek kereta cepat atau Whoosh akan tetap berjalan. Prabowo meminta semua pihak untuk menyudahi polemik, seraya menegaskan dirinya sendiri yang akan bertanggung jawab.

"Gak usah khawatir ribut-ribut Whoosh, saya sudah pelajari, saya nanti tanggung jawab," ujar Presiden Prabowo saat meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Prabowo mengatakan pemerintah memiliki prinsip untuk melayani rakyat, berjuang untuk rakyat

"Teknologi semua sarana tanggung jawab bersama, dan di ujungnya tanggung jawab presiden, jadi saya bertanggung jawab," tegas Prabowo.

Dalam kesempatan lainnya, Prabowo juga menegaskan proyek kereta cepat Whoosh sudah diinstruksikan diperpanjang tak cuma sampai Surabaya, tapi hingga Banyuwangi.

"Jangan cuma dihitung kita bayar utang Rp1,2 triliun tiap tahun, tapi hitung juga manfaat lainnya, pengurangan polusi hingga memangkas waktu perjalanan," kata Prabowo.

Seperti diketahui, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mesti menanggung kerugian senilai Rp951,48 miliar dari operasional kereta cepat Whoosh sepanjang semester I-2025. Kerugian itu terus membebani KAI sejak Whoosh mulai beroperasi komersial pada Oktober 2023.

Rugi tersebut berasal dari porsi kepemilikan KAI dalam konsorsium pengelola Whoosh, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang sebesar 58,53%.

Jika dihitung secara tahunan, kerugian tersebut sekitar Rp1,9 triliun. Adapun sepanjang 2024, KAI mencatat kerugian dari PSBI sebesar Rp2,69 triliun.

Di sisi lain, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) menyiapkan langkah jangka panjang untuk menangani utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB).

Sekadar catatan, investasi awal proyek KCJB atau WHOOSH sebesar US$6 miliar (Rp91,8 triliun) meningkat menjadi US$7,2–7,3 miliar (Rp110–115 triliun). Kelebihan biaya senilai US$1,2 miliar tersebut ditanggung 60% oleh konsorsium Indonesia dan 40% oleh konsorsium China.

Skema pembiayaan proyek terdiri atas 75% pinjaman dari China Development Bank (CDB) dan 25% ekuitas konsorsium. Untuk menutup cost overrun, pemerintah menyuntikkan PMN Rp3,2 triliun ke KAI, sementara CDB menambah pinjaman sebesar US$448 juta yang kemudian diteruskan ke KCIC.

Secara total, utang proyek mencapai sekitar Rp79 triliun dengan bunga awal 3,4% per tahun, atau setara beban bunga US$120,9 juta per tahun. Studi KCIC dan KAI memperkirakan pengembalian investasi membutuhkan waktu 38 tahun, sedangkan pemerintah menghitungnya dalam kisaran 30–40 tahun.