“Ini hari lain dengan kesepakatan bernilai miliaran dolar yang mengejutkan, dilakukan oleh segelintir perusahaan teknologi papan atas,” ujar Danni Hewson, Kepala Analisis Keuangan di AJ Bell. “Investor tampak khawatir dengan besarnya dana yang digelontorkan untuk AI, tetapi juga mulai menerima semakin banyaknya kolaborasi antara para pemain besar.”
Para pelaku pasar juga memantau beberapa laporan ekonomi yang dijadwalkan rilis pekan ini serta komentar pejabat bank sentral. Aktivitas manufaktur AS kembali menyusut pada Oktober untuk bulan kedelapan berturut-turut, sementara tekanan inflasi terus mereda.
Deputi Gubernur Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook menyatakan bahwa risiko pelemahan pasar tenaga kerja lebih besar dibandingkan risiko meningkatnya inflasi. Namun, ia tidak secara eksplisit mendukung penurunan suku bunga tambahan bulan depan.
Komentarnya sejalan dengan beberapa pejabat The Fed lain yang belum menunjukkan komitmen apakah bank sentral akan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya secara beruntun saat pertemuan Desember mendatang.
Gubernur The Fed Chicago Austan Goolsbee mengaku lebih khawatir terhadap inflasi ketimbang lapangan kerja, sementara Gubernur The Fed San Francisco Mary Daly menilai pejabat harus “terbuka terhadap kemungkinan” penurunan suku bunga pada Desember. Deputi Gubernur Stephen Miran menambahkan bahwa kebijakan moneter saat ini masih bersifat ketat.
Secara historis, bulan November merupakan periode terbaik bagi pasar saham dalam tiga dekade terakhir, namun sejumlah analis mempertanyakan apakah reli akhir tahun sudah tercermin dalam harga, mengingat S&P 500 mencatat salah satu kinerja terbaiknya sejak 1950-an.
Meski optimisme terhadap AI meningkat, lebih dari 300 saham di indeks S&P 500 justru melemah pada perdagangan Senin.
“Kekhawatiran atas valuasi tinggi masih ada, dan arah kebijakan The Fed tampak semakin tidak pasti,” ujar Ulrike Hoffmann-Burchardi dari UBS Global Wealth Management. “Namun, meski pasar saham sudah menguat signifikan tahun ini, kami percaya tren positif ini masih punya ruang untuk berlanjut.”
Di pasar komoditas, kontrak gandum berjangka di Chicago melonjak setelah China kembali memesan gandum AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, menyusul pembelian kedelai pekan lalu sebagai bagian dari kesepakatan dagang antara kedua negara. Menurut data Departemen Pertanian AS, China terakhir kali membeli gandum Amerika pada awal Oktober tahun lalu.
(bbn)






























