“Seperti yang sudah-sudah masalah relaksasi ini akan selalu muncul tiap tahun atau tiap periode perpanjangan habis. Seperti biasanya masih akan dilakukan perpanjangan relaksasi, termasuk juga seperti Amman,” kata Bisman.
Sementara itu, Ketua Badan Kejuruan Pertambangan Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli berpendapat tambang GBC akan sulit untuk beroperasi secara terbatas karena tambang tersebut berada di bawah tanah, berbeda dengan tambang di permukaan yang memiliki ruang relatif lenggang.
Menurut Rizal, teknisi bakal kesulitan mobilisasi peralatan karena ruang yang terbatas. Selain itu, peralatan yang bisa digunakan di tambang bawah tanah hanya alat yang didesain khusus untuk tambang tersebut.
Kendati demikian, Rizal menilai sejumlah tambang milik Freeport yang tidak terdampak longsoran masih dapat beroperasi. Dengan catatan, Freeport perlu mengevaluasi tambang tersebut terlebih dahulu untuk memitigasi terjadinya longsor atau insiden lainnya.
“Bisa saja beroperasi terbatas kalau lokasi yang diperbaiki tidak terhalang areal produksi. Namun, harus tetap dilakukan mitigasi dan perencanaan yang baik,” kata Rizal saat dihubungi, Selasa (28/10/2025).
Berdasarkan catatan Bloomberg Technoz, PTFI telah mengekspor 1.298.801 wet metric ton (wmt) konsentrat tembaga atau setara 91,53% dari total kuota sebesar 1,4 juta wmt hingga Selasa (16/9/2025), atau saat izin ekspor konsentrat tersebut resmi habis.
Adapun, PTFI masih menghentikan kegiatan operasi tambang di sejumlah area yang tidak terdampak longsoran lumpur bijih dari insiden Grasberg Block Cave (GBC).
Sejumlah tambang itu di antaranya Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ). VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati mengatakan perseroannya tengah melakukan perawatan dan evaluasi atas dua tambang tersebut.
Katri menerangkan perawatan dan evaluasi itu dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kesiapan tambang sebelum kembali beroperasi nantinya.
“Sejak terjadinya insiden luncuran material basah di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave, hingga saat ini PT Freeport Indonesia masih menghentikan sementara seluruh kegiatan operasional di tambang bawah tanah,” kata Katri ketika dihubungi Bloomberg Technoz, Selasa (28/10/2025).
Rekomendasi Ekspor
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan rekomendasi ekspor lanjutan untuk AMMN telah terbit.
Bahlil memberi perpanjangan waktu sampai 6 bulan emiten kongsi Grup Salim dan Keluarga Panigoro itu untuk ekspor konsentrat tembaga, setelah ekspor terakhir putus per Desember 2024.
“Udah keluar [rekomendasi ekspor]. Kalau tidak salah udah keluar.” kata Bahlil kepada awak media di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Bahlil mengatakan relaksasi ekspor konsentrat tersebut diberikan untuk 6 bulan sebab mempertimbangkan waktu perbaikan smelter tembaga milik AMMN.
“Mungkin sekitar 6 bulan ya, Sampai dengan pabriknya selesai itu,” tegas dia.
Selain itu, Bahlil mensinyalir, kementeriannya tidak membatasi kuota ekspor konsentrat yang bisa diambil AMMN kali ini.
“Dia bukan nggak volumenya ya, waktunya. Kan kapasitas produksi dia sekitar 900.000 ton konsentrat,” kata Bahlil.
Rencanannya, rekomendasi Bahlil itu akan diteruskan ke otoritas perdagangan untuk persetujuan ekspor nantinya.
Belakangan manajemen AMMN menerangkan keadaan kahar pada smelter perseroan disebabkan karena kerusakan pada unit flash converting furnace (FCF) dan sulfuric acid plant.
Adapun, smelter itu dioperasikan oleh anak usaha AMMN, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Mengacu pada Peraturan Menteri ESDM No. 6 tahun 2025, pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK) tahap kegiatan operasi produksi yang telah membangun smelter dapat melakukan ekspor konsentrat apabila mengalami keadaan kahar.
Sebelumnya, AMNT memperoleh izin ekspor konsentrat tembaga sebesar 587.330 wet metric ton (wmt) atau setara 534.000 dry metric ton (dmt) berlaku hingga 31 Desember 2024.
Berdasarkan catatan Bloomberg Technoz, smelter AMNT baru beroperasi sekitar 48% pada tahap komisioning akhir Februari 2025 lalu.
Smelter yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, NTB itu memiliki kapasitas pengolahan 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun, dengan target produksi 220.000 ton katoda tembaga.
(azr/naw)






























