Pelemahan pada saham transportasi diperberat oleh amblesnya harga saham PT Transkon Jaya Tbk (TRJA) drop 14,6%, dan saham PT Guna Timur Raya Tbk (TRUK) yang turun 14,6%. Serta saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) drop 9,52%.
Adapun saham–saham energi juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) terpeleset 14,8% dan saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) juga terjebak di zona merah dengan penurunan 14,7%. Serta saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) drop 13,77%.
Hingga penutupan perdagangan, indeks LQ45 yang berisikan saham–saham Big Caps tercatat melemah mencapai 2,05% ke level 771,88.
Adapun saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) memimpin pelemahan saham LQ45 imbas mengalami penurunan harga mencapai 6,85%. Disusul oleh melemahnya saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang ambles 6,41%.
Sedang saham–saham unggulan LQ45 selanjutnya, seperti saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berada pada zona merah dengan kehilangan 5,95%. Saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) juga melemah 5,19%.
Sama halnya dengan saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang melemah 4,88%. Untuk PT Bank Jago Tbk (ARTO) sahamnya drop 4,74%.
Utamanya, sentimen perang dagang Amerika Serikat vs. China memicu kegelisahan. Putaran baru balasan dari China menyulut kecemasan pasar atas meningkatnya ketegangan dengan Washington.
Seperti yang diberitakan Bloomberg News, terbaru, China memberlakukan sanksi dan/atau larangan tertentu yang membatasi terhadap lima anak perusahaan Hanwha Ocean asal Amerika Serikat sebagai respons atas penyelidikan yang dilakukan Washington terhadap industri maritim, logistik, dan perkapalan China.
Pengumuman dari Beijing itu kembali memicu kecemasan menyoal perang dagang antara kedua negara bisa memanas lagi.
“Ketegangan yang terus berulang terkait tarif menambah kecemasan di pasar dan menunjukkan bahwa stabilitas yang ada masih sangat rapuh,” papar Guillermo Hernandez Sampere, Kepala Perdagangan di Perusahaan Manajemen Aset MPPM.
“Kesepakatan cepat diperlukan agar pasar tidak kehilangan keuntungan yang telah dicapai sebelumnya.”
Adapun lima entitas yang dibatasi oleh China meliputi Hanwha Shipping LLC, Hanwha Philly Shipyard Inc, Hanwha Ocean USA International LLC, Hanwha Shipping Holdings LLC, dan HS USA Holdings Corp.
Terlebih lagi, China mengancam akan mengambil langkah balasan tambahan terhadap pembatasan yang diberlakukan AS pada industri pelayaran, setelah sebelumnya menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah entitas AS asal Korea Selatan.
“Eskalasi perdagangan antara China dan AS jelas telah mengguncang pasar,” ujar Florian Ielpo, Head of Macro di Lombard Odier Investment Managers, mengutip Bloomberg.
“Dengan valuasi pasar yang sudah tinggi dan rentan, investor sebaiknya bersiap menghadapi volatilitas yang berlanjut.”
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, China menjatuhkan sanksi kepada lima anak usaha Hanwha Ocean yang terkait dengan AS, perusahaan pembuat kapal Korea Selatan, karena dugaan keterlibatan dalam penyelidikan terhadap industri pelayaran China.
China juga melarang organisasi dan individu untuk melakukan bisnis dengan perusahaan yang terkena sanksi.
“Hal ini dikhawatirkan akan meningkatkan ketegangan China–AS,” jelas riset Phintraco, Selasa.
Secara teknikal, lanjut riset Phintraco, indikator stochastic RSI IHSG, dan MACD mengalami death cross disertai dengan kenaikan volume jual. IHSG juga ditutup di bawah level MA–5 dan MA–20.
“Sehingga diperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan koreksi dan menguji level support di 7.950–8.000.”
(fad/wdh)





























