Logo Bloomberg Technoz

Eva menyebut, ada beberapa langkah Kereta Cepat Whoosh dalam menjaga keberlanjutannya. Yaitu melalui railway business maupun non railway business.

Saat ini, Whoosh telah melayani 11,7 juta penumpang sejak pertama kali beroperasi. Sehingga peningkatan volume penumpang yang terus terjadi, Whoosh menjadi salah satu transportasi pilihan untuk masyarakat beraktifitas di wilayah Jakarta-Bandung. 

Dari sisi railway business, KCIC menerapkan berbagai kebijakan dan program seperti penerapan sistem dynamic pricing, pengembangan kartu langganan Frequent Whoosher Card, layanan rombongan dan program edutrip.

Lalu, penyediaan promo pada momen tertentu, program Boarding Pass True Value atau diskon khusus di destinasi restoran hingga wisata, serta terus menjalin kerja sama dengan rombongan wisata dan perusahaan.

KCIC juga terus meningkatkan aksesibilitas melalui kolaborasi dengan berbagai operator transportasi agar masyarakat lebih mudah menjangkau stasiun Whoosh.

Sementara dari sisi non railway business, KCIC mengembangkan berbagai sumber pendapatan untuk mendukung ekosistem layanan Whoosh. Fokus pengembangan meliputi kerja sama Naming Rights, penyewaan area retail untuk tenant di stasiun, layanan advertising, penyediaan fasilitas parkir, Whoosh Official Merchandise, kerjasama branding, penyewaan area untuk utilitas pendukung,  pengembangan properti di sekitar stasiun, dan berbagai kerja sama komersial lainnya.

"KCIC optimis layanan Whoosh akan semakin diminati masyarakat. Menghadirkan kemudahan mobilitas yang modern, serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah di sepanjang jalur yang dilaluinya," pungkasnya.

Beban Finansial yang Berat

Di balik kecepatan Whoosh, proyek ini menyimpan beban finansial yang luar biasa besar. Nilai investasinya yang semula diperkirakan sekitar US$6 miliar kini membengkak hingga US$7,27 miliar atau lebih dari Rp115 triliun.

Sekitar 75% pembiayaan berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), dengan tenor panjang hingga 40 tahun, sedangkan sisanya 25% dari modal konsorsium pemegang saham.

Dari sisi pembiayaan, pinjaman utama dikenakan bunga sekitar 2% per tahun, sementara dana tambahan akibat pembengkakan biaya (cost overrun) mencapai 3,4%.

Dengan total pinjaman sekitar US$4,55 miliar, beban bunga tahunan proyek ini mendekati US$120 juta atau sekitar Rp1,9 triliun, angka yang sangat besar bagi proyek yang baru beroperasi.

(ell)

No more pages