Terpisah, menurut perkiraan awal Kementerian Perdagangan dan Industri, ekonomi negara-kota tersebut tumbuh 2,9% year-on-year (yoy) pada kuartal ketiga. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan 2% dalam survei Bloomberg. Faktor pendorong pertumbuhan yang lebih cepat dari perkiraan ini termasuk sektor konstruksi dan jasa.
Dolar Singapura sedikit berubah, di level 1,2991 terhadap dolar AS, mengurangi penurunan setelah keputusan tersebut diumumkan.
Keputusan MAS muncul saat bank sentral di kawasan ini telah mengejutkan dalam beberapa pekan terakhir karena mereka melonggarkan kebijakan moneter dengan kecepatan yang berbeda-beda di tengah tarif Trump dan situasi inflasi yang beragam. Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga pinjaman bulan lalu untuk kali pertama sejak Desember.
Perang Dagang
Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia kembali memanas dalam sepekan terakhir, mengguncang negara-negara yang baru mulai merasakan dampak tarif tinggi AS yang dimulai pada Agustus. China baru-baru ini mengumumkan kontrol ekspor logam tanah jarang, sedangkan AS membalas dengan rencana akan menggandakan tarif barang-barang China menjadi 100%, serta pembatasan ketat terhadap "semua perangkat lunak penting."
"Pertumbuhan PDB Singapura diperkirakan akan melambat dari laju di atas tren ini pada kuartal-kuartal mendatang seiring normalisasi aktivitas di sektor-sektor terkait perdagangan," tutur MAS.
"Namun, investasi global terkait kecerdasan buatan (AI) yang terus berlanjut akan memberi dukungan bagi sektor manufaktur domestik, sementara pertumbuhan di sektor konstruksi dan jasa keuangan diperkirakan akan didorong oleh investasi infrastruktur dan kondisi keuangan yang akomodatif."
Pemerintah sebelumnya memperkirakan ekonomi akan tumbuh 0%-2% tahun ini.
"Mengingat angka pertumbuhan kuartal ketiga jauh lebih kuat dari perkiraan, pertumbuhan 2025 akan dengan mudah melampaui batas atas rentang perkiraan sebelumnya," jelas Khoon Goh, ekonom Australia & New Zealand Banking Group.
Selisih Produksi
Dalam pernyataannya, MAS memperkirakan selisih produksi—selisih antara produksi aktual suatu ekonomi dan potensinya—akan tetap positif tahun ini dan menyempit menjadi 0% pada 2026. MAS memprediksi inflasi inti akan mencapai titik terendah dalam waktu dekat, dengan rata-rata 0,5% sepanjang tahun ini, kemudian naik menjadi 0,5-1,5% pada 2026.
"Secara keseluruhan, saya kira pernyataan ini cukup seimbang dan MAS akan tetap menunggu dengan santai," ujar Goh, seraya menambahkan bahwa ia memperkirakan kebijakan tidak akan berubah hingga April tahun depan.
Singapura, yang mengimpor sebagian besar barang kebutuhan pokoknya, mengalami penurunan inflasi inti pada Agustus untuk bulan kedua berturut-turut.
Presiden Donald Trump juga juga mengancam akan memasang tarif baru bagi sektor-sektor tertentu, termasuk farmasi dan semikonduktor. Para pembuat kebijakan di seluruh dunia mengakui bahwa ketidakpastian perdagangan masih tinggi.
Singapura sejauh ini hanya dikenai tarif AS sebesar 10%—level terendah di bawah pemerintahan Trump. Namun, karena perdagangan mencapai sekitar tiga kali lipat produk domestik brutonya (PDB), negara-kota ini tetap sangat rentan terhadap perlambatan perdagangan global yang berkelanjutan.
(bbn)






























