Logo Bloomberg Technoz

Berbekal pengalaman mengadaptasi aksi cepat Call of Duty di PC menjadi versi seluler yang ramah layar sentuh, Yao dan timnya di studio J3 menggabungkan beberapa genre dan gaya bermain dalam Delta Force, yang langsung menjadi populer di China. Kini, menembus pasar luar negeri menjadi prioritas utama.

“Para pimpinan senior akan menanyakan hal-hal seperti, ‘Apakah kamu memerlukan anggaran pemasaran yang lebih besar’ dan akuisisi pengguna di luar negeri,” kata Yao dengan nada tenang dalam wawancara langka di studionya di Shenzhen.

“Di pasar luar negeri kami, kami melihat kemajuan yang bertahap.”

Menembus persaingan sengit dalam genre gim tembak-menembak adalah tugas yang menantang, namun kepercayaan diri di dalam Tencent sangat tinggi. Tim J3 milik Yao dianggap sebagai taruhan yang aman setelah Delta Force melampaui perkiraan internal, dan keuntungan dari ekspektasi tinggi itu adalah bahwa Yao kini memiliki “kepercayaan penuh” dari manajemen senior, katanya.

Ambisi mendasarnya adalah agar Tencent membangun sendiri — bukan membeli — fondasi kesuksesan masa depannya. Gim tembak-menembak menempati posisi penting dalam portofolio investasi sukses raksasa hiburan Tiongkok itu, termasuk kepemilikan saham di pembuat Fortnite, PUBG, dan Far Cry. 

Namun perusahaan tersebut masih kekurangan reputasi sebagai kekuatan kreatif sejati, karena sebagian besar pemain melihatnya sebagai mitra atau penerbit, bukan pembuat gim.

Yao dan tim spesialisnya kini berupaya membangun kredibilitas yang dapat menarik orang untuk memainkan gim Tencent karena dibuat oleh Tencent, dengan harapan dapat meniru kesuksesan Valve Corp., pencipta Half-Life.

Chinese Players Reveal Growing Taste for Shooting Games. (Sumber: Newzoo)

Dorongan untuk mencapai kemandirian yang lebih besar sekaligus mengejar peluang di luar negeri juga menjadi ciri khas dari sektor teknologi China yang kini kembali bergairah. Ekspor berbagai produk — mulai dari model bahasa besar untuk AI, layanan pengiriman drone, hingga platform ekonomi gig — tengah berkembang pesat seiring perusahaan-perusahaan seperti Alibaba Group Holding Ltd. dan Meituan kembali agresif mencari pertumbuhan. 

Tencent sendiri sudah mendominasi kalangan gamer di  China, dengan tujuh dari sepuluh gim seluler berpendapatan tertinggi di negara tersebut berasal dari perusahaan itu. Kini, Tencent ingin membuat seluruh dunia ikut terpikat.

Yao, yang pernah bekerja selama dua tahun di penerbit gim AS Electronic Arts Inc. sebelum bergabung dengan Tencent, menyadari bahwa jalan di depan masih panjang. Namun ambisinya tergambar jelas di dinding kantor baru J3 yang baru direnovasi, dengan sebuah slogan tertulis dalam bahasa Inggris dan Mandarin:
“Dominating Global Shooter Gaming.” (Menguasai Gim Tembak-Menembak Global.)

“Saat ini, tim kami pada dasarnya terdiri dari 99% orang China. Hal yang paling kami pahami adalah budaya China, konteks Tiongkok, dan lingkungan Tiongkok,” kata Yao.

“Sungguh sulit bagi kami untuk benar-benar memahami apa yang dipikirkan para pemain di luar negeri atau bagaimana mereka akan memandang gim ini.”

Tencent Shooters Conquer Chinese Mobile Gaming. (Sumber: Sensor Tower)

Perusahaan kini menyediakan semua sumber daya yang diperlukan untuk mendukung proyek-proyek masa depan J3, dan untuk menutupi kekurangan dalam pengetahuan mereka, studio tersebut mulai merekrut staf baru yang akan berfokus sepenuhnya pada pasar luar negeri. 

Mereka juga menjalin komunikasi dengan para influencer untuk meminta masukan — langkah yang oleh Yao digambarkan sebagai kembalinya Tencent pada metode lamanya yang terbukti efektif: mendengarkan pengguna untuk benar-benar memahami apa yang mereka inginkan.

Ketika J3 memulai pengembangan Delta Force, Yao memutuskan untuk membangun fondasi dalam genre yang saat itu masih baru — extraction shooter, di mana pemain dinyatakan berhasil jika berhasil keluar dari peta dengan membawa hasil rampasan mereka. Namun, timnya juga menambahkan medan pertempuran multipemain berskala besar dan kampanye berbasis cerita, menghasilkan tiga mode permainan yang sangat berbeda.

Tim pemasaran kemudian memanfaatkan identitas “campuran” ini dengan cara unik, yaitu menjalin kerja sama promosi dengan merek bubur delapan harta (eight-treasure congee) — bubur tradisional yang terkenal karena menggabungkan beragam bahan. Yao dan perusahaannya akan perlu mengembangkan strategi promosi lokal yang serupa ketika mereka memperluas jangkauan ke pasar luar negeri.

Menciptakan gim orisinal yang benar-benar sukses — konten yang mampu berdiri sendiri — bukanlah keunggulan tradisional Tencent. Selama ini, perusahaan tersebut kerap menghadapi reputasi sebagai peniru, persepsi yang semakin kuat setelah muncul kontroversi termasuk gugatan hukum dari Sony Group Corp. pada bulan Juli, yang masih diperdebatkan oleh pihak Tencent.

Yao tidak menanggapi kasus yang masih berlangsung itu, namun ia menolak anggapan bahwa gim Tencent terkesan meniru. 

“Desain semua gim first-person shooter dibangun berdasarkan prinsip universal,” ujarnya mengenai Delta Forceyang memadukan berbagai format gim yang sudah ada. “Kami cukup terbuka terhadap hal itu.”

Yao mengakui bahwa membangun tim yang mampu menyaring estetika khas Tencent dan menciptakan alur cerita pemain tunggal yang kuat akan menjadi proses panjang. Namun, menurutnya, kini ada visi yang sama di dalam Tencent, dan “semua orang sedang memperkuat bagian yang masih lemah.”

(bbn)

No more pages