“Mata uang yang sangat terkait dengan prospek ekonomi China dan perdagangan global — seperti won, dolar Taiwan, dan ringgit Malaysia — kemungkinan akan menghadapi tekanan tambahan,” tambahnya.
Indeks mata uang negara berkembang MSCI (EM Currency Index) melanjutkan penurunan untuk hari kelima berturut-turut. Meski demikian, yuan offshore justru menguat setelah Bank Sentral China (PBOC) menetapkan nilai tengah (fixing) terkuat sejak November tahun lalu.
Sentimen negatif juga meluas ke pasar saham regional. Indeks MSCI Emerging Markets turun hingga 2%, menjadi penurunan harian terbesar sejak April.
Selain ketegangan dagang, pelemahan mata uang Asia turut dipicu oleh pemangkasan suku bunga mendadak di Indonesia dan Filipina, yang memicu spekulasi langkah serupa di negara lain di kawasan ini. Di sisi lain, pejabat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyampaikan sikap hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga lanjutan, yang memperkuat posisi dolar AS dan menambah tekanan bagi mata uang regional.
(bbn)




























