Gempa ini memicu peringatan dini tsunami BMKG dan menetapkan status Waspada bagi lima wilayah di Indonesia, termasuk: Kepulauan Talaud, Kota Bitung, Minahasa Utara Bagian Selatan, Minahasa Bagian Selatan, dan Supiori.
Lempeng Laut Filipina sendiri bergerak ke arah barat laut, menumbuk Lempeng Eurasia. Pertemuan lempeng-lempeng raksasa ini menciptakan palung laut dalam dan busur kepulauan vulkanik, menjadikannya sumber gempa dangkal berdaya rusak tinggi. Interaksi tumbukan inilah yang memicu energi besar, menghasilkan gempa M 7,4 hari ini, dan berpotensi menghasilkan tsunami di perairan terdekat.
Soal Palung Filipina
Daryoni menjelaskan, Palung Filipina (Philippine Trench) merupakan salah satu zona subduksi utama di wilayah barat Samudra Pasifik yang menandai batas antara Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Sunda. Zona ini terletak di sisi timur Kepulauan Filipina dan memanjang dari wilayah Mindanao di selatan hingga ke arah utara Luzon, di mana ia berlanjut menjadi Palung Timur Luzon (East Luzon Trough).
Palung Filipina terbentuk akibat proses subduksi miring (oblique subduction) di mana Lempeng Laut Filipina menunjam ke bawah busur kepulauan Filipina. Kecepatan relatif gerakan lempeng di sekitar zona ini diperkirakan mencapai sekitar 80 mm per tahun. Subduksi ini disertai dengan aktivitas seismik tinggi serta vulkanisme aktif di sepanjang busur kepulauan di atasnya.
Palung Timur Luzon dianggap sebagai zona subduksi muda yang masih berkembang ke arah utara, menjadikannya contoh unik dari proses pembentukan palung laut baru (Hamburger et al., 1983). Zona ini memperlihatkan kombinasi antara konvergensi lempeng di sepanjang palung dan geseran mendatar di sepanjang Sesar Filipina (Philippine Fault), yang berperan sebagai sistem transform utama.
Sistem Palung Filipina berhubungan erat dengan gempa-gempa besar di wilayah tersebut. Salah satu peristiwa penting adalah Gempa Luzon 1990 (M7,6) yang disebabkan oleh aktivitas Sesar Filipina yang berasosiasi dengan zona subduksi ini. Selain itu, beberapa segmen di sepanjang palung juga berpotensi menghasilkan gempa megathrust dan tsunami, meskipun tingkat penguncian (coupling) antarlempeng relatif lemah dibandingkan zona subduksi lain di Pasifik.
Secara tektonik, Palung Filipina memainkan peran penting dalam pembentukan dan evolusi Kepulauan Filipina, memengaruhi aktivitas vulkanik, deformasi kerak bumi, serta distribusi gempa di kawasan tersebut.
(fik/spt)




























