Jika sudah masuk ke situs palsu, biasanya korban akan diminta memasukkan data pribadi seperti kata sandi, kode OTP, atau informasi sensitif lainnya. Dari sinilah peretas bisa mengambil alih akun dengan sangat cepat.
Dilansir Bloomberg Technoz dari berbagai sumber, artikel ini membahas rendahnya kesadaran digital masyarakat yang memperparah maraknya phishing, karena banyak orang belum memahami ciri-ciri dan cara mencegahnya. Padahal, ancaman ini bisa menimpa siapa saja tanpa memandang usia, profesi, atau pendidikan. Berikut 5 cara menghindari phishing yang sering menjebak pengguna medsos.
1. Waspadai Tautan Mencurigakan
Salah satu trik paling umum dalam phishing adalah menyebarkan tautan palsu. Alamat situs dibuat mirip dengan yang asli sehingga sulit dibedakan sekilas. Bahkan, hanya dengan tambahan huruf kecil atau angka, tautan itu bisa menipu banyak orang.
Pengguna yang tidak teliti akan langsung mengklik tautan tersebut. Begitu terbuka, mereka diarahkan ke situs yang meniru tampilan resmi, seperti halaman login media sosial atau bank digital. Dari situlah data pribadi bisa dengan mudah dicuri.
Untuk mencegahnya, pengguna harus membiasakan diri memeriksa detail alamat situs sebelum mengakses. Jangan terburu-buru hanya karena penasaran atau karena pesan terlihat mendesak. Lebih baik mengabaikan tautan mencurigakan daripada mengambil risiko besar.
Satu klik ceroboh bisa berakibat fatal. Oleh karena itu, kehati-hatian menjadi benteng utama melawan phishing berbentuk tautan.
2. Periksa Alamat Email atau Akun Pengirim
Phishing tidak selalu berbentuk tautan mencurigakan. Modus lain yang sering dipakai adalah mengirim email atau pesan dari akun palsu yang menyerupai akun resmi. Misalnya, alamat email yang seolah dari perusahaan besar, tetapi sebenarnya aneh dan penuh angka.
Kalau tidak teliti, pesan tersebut bisa tampak sangat meyakinkan. Bahkan, banyak yang sudah dibuat dengan desain rapi agar terlihat profesional. Inilah yang membuat banyak orang lengah dan percaya begitu saja.
Untuk menghindari jebakan ini, penting bagi pengguna selalu memeriksa detail pengirim. Akun resmi biasanya punya tanda khusus, seperti centang biru di media sosial. Jika tidak ada, sebaiknya waspada.
Jangan mudah percaya hanya karena tampilan email terlihat profesional. Ingat, tampilan bisa ditiru, tetapi keaslian pengirim hanya bisa dipastikan lewat detail alamat resmi.
3. Jangan Pernah Memberikan Data Pribadi
Modus phishing pada akhirnya selalu mengincar satu hal: data pribadi. Peretas biasanya berpura-pura sebagai pihak resmi yang meminta konfirmasi data, seperti kata sandi, kode OTP, hingga informasi finansial.
Kalau pengguna tidak hati-hati, mereka bisa saja memberikan informasi itu tanpa sadar. Padahal, data tersebut justru akan dipakai untuk meretas akun, mencuri uang, atau bahkan menyalahgunakan identitas korban.
Prinsip utama yang harus diingat: layanan resmi tidak pernah meminta data pribadi melalui email, chat, atau tautan yang mencurigakan. Jika ada permintaan seperti itu, bisa dipastikan itu penipuan.
Kalau merasa ragu, hubungi langsung pihak terkait lewat saluran resmi. Cara ini lebih aman dan bisa memastikan apakah pesan yang diterima benar-benar asli atau hanya jebakan.
4. Aktifkan Keamanan Berlapis
Selain berhati-hati, pengguna juga perlu membangun pertahanan tambahan di akun media sosial. Salah satunya dengan mengaktifkan two-factor authentication (2FA).
Dengan 2FA, meskipun kata sandi diketahui peretas, mereka tetap butuh kode tambahan yang hanya dikirim ke pemilik akun. Lapisan keamanan ini membuat akun jauh lebih sulit ditembus.
Selain itu, banyak platform kini menyediakan notifikasi keamanan. Fitur ini akan memberi peringatan jika ada aktivitas mencurigakan, seperti login dari perangkat asing. Dengan begitu, pengguna bisa segera mengambil tindakan sebelum akun diambil alih.
Semakin banyak lapisan keamanan, semakin kecil peluang peretas berhasil meretas akun. Karena itu, fitur keamanan tambahan sebaiknya diaktifkan di semua akun penting.
5. Perbarui Aplikasi dan Sistem Secara Rutin
Banyak orang menganggap pembaruan aplikasi hanya soal penambahan fitur. Padahal, update sering kali juga berisi perbaikan celah keamanan. Jika pengguna menunda pembaruan, perangkat menjadi lebih rentan terhadap serangan.
Peretas sering memanfaatkan kelemahan sistem lama yang belum diperbarui. Artinya, menunda update sama saja memberi peluang kepada mereka untuk masuk.
Maka, biasakan memeriksa apakah aplikasi media sosial dan sistem operasi perangkat sudah versi terbaru. Pembaruan kecil bisa memberi perlindungan tambahan yang penting untuk keamanan digital.
Dengan rajin memperbarui perangkat, risiko terkena phishing bisa berkurang secara signifikan.
Phishing Bisa Menipu Siapa Saja
Hal yang perlu dipahami adalah phishing tidak mengenal batas. Semua orang bisa jadi korban, baik pelajar, pekerja, maupun profesional di bidang teknologi sekalipun.
Bentuk phishing yang semakin canggih membuatnya tampak semakin meyakinkan. Bahkan, banyak pesan palsu yang dibuat sedemikian rupa sehingga sulit dibedakan dari yang asli.
Karena itu, kunci utama agar tidak terjebak adalah kesadaran digital. Mengenali tanda-tanda phishing dan tetap berhati-hati akan jauh lebih efektif daripada sekadar mengandalkan teknologi.
Ingat, sekali data pribadi jatuh ke tangan yang salah, kerugian bisa sangat besar. Mulai dari kehilangan akun hingga kerugian finansial.
Langkah Preventif yang Bisa Dilakukan
Selain tips dasar yang sudah disebutkan, ada beberapa langkah tambahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko phishing.
Pertama, gunakan kata sandi yang kuat dan berbeda untuk setiap akun. Hindari memakai kombinasi yang mudah ditebak seperti tanggal lahir atau nama hewan peliharaan.
Kedua, manfaatkan layanan manajemen kata sandi agar lebih mudah mengatur keamanan akun. Dengan cara ini, pengguna tidak perlu mengingat semua kata sandi, cukup satu master password yang aman.
Ketiga, selalu waspada terhadap pesan mendesak yang meminta tindakan segera. Phishing sering memanfaatkan rasa panik untuk membuat korban bertindak tanpa berpikir panjang. Dengan langkah-langkah sederhana ini, keamanan digital bisa lebih terjaga.
Phishing adalah ancaman nyata yang semakin marak di media sosial. Modusnya beragam, mulai dari tautan palsu, email mencurigakan, hingga permintaan data pribadi. Semua dirancang agar korban percaya dan menyerahkan informasi penting.
Namun, dengan kesadaran digital yang tinggi, phishing bisa dicegah. Mulai dari mewaspadai tautan, memeriksa pengirim, menolak memberikan data pribadi, hingga mengaktifkan keamanan berlapis. Ditambah dengan kebiasaan memperbarui aplikasi, risiko bisa ditekan seminimal mungkin.
Pada akhirnya, keamanan digital adalah tanggung jawab setiap pengguna. Kehati-hatian kecil bisa menyelamatkan data pribadi dari tangan peretas. Dengan bersikap waspada, pengguna media sosial bisa tetap menikmati dunia maya tanpa harus khawatir terjebak phishing.
(seo)

































