Adapun kenaikan tertinggi terjadi pada Oktober 2015 silam mencapai 5,48%, juga pada Oktober 2020 lalu sebesar 5,3% yang bersamaan pasca recovery pandemi Covid-19. Selanjutnya kenaikan paling tinggi ketiga terjadi pada Oktober 2021 yang menguat mencapai 4,84%. Disusul pada Oktober 2017 IHSG terapresiasi 1,78%.
Pada Oktober 2015, sentimen positif datang secara internal maupun eksternal. Kala itu, pasar keuangan Indonesia mengapresiasi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, inflasi dalam negeri dari sejumlah daerah yang stabil, hingga positifnya tren pelonggaran kebijakan Bank Indonesia (BI).
Optimisme terus bertumbuh setelah JP Morgan menyematkan rekomendasi "overweight" untuk pasar saham Indonesia, pada Oktober 2015 silam.
Dari eksternal, sejumlah negara di dunia juga bergerak aktif terkait dengan percepatan pertumbuhan ekonomi, termasuk negara Amerika Serikat yang juga mendorong capital inflow disertai iklim bisnis dan global yang turut mendukung pada kala itu.
Sentimen Bulan Ini
Untuk sentimen Oktober 2025, ada beberapa sentimen dan katalis yang dapat mempengaruhi laju IHSG.
Rilis data inflasi Indonesia periode September 2025 berada pada level inflasi 0,21% secara bulanan (month–to–month/mtm). Lebih tinggi ketimbang Agustus 2025 yang mengalami deflasi 0,08% mtm. Sesuai ekspektasi, terjadi inflasi. Makanan, minuman dan harga cabai merah dan daging ayam ras jadi salah satu andilnya.
Sedangkan dibandingkan September 2024 (year–on–year/yoy), inflasi tercatat 2,65%. Lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang 2,31%.
Tingkat inflasi tersebut tetap dalam target BI 1,5–3,5%.
Selain inflasi, pembuka Oktober ini juga terdapat rilis data aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI).
Tercatat, aktivitas manufaktur Indonesia berhasil melanjutkan tren ekspansi pada September, S&P Global melaporkan, PMI Indonesia pada September 2025 berada pada level 50,4. Turun tipis dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 51,5 pada Agustus.
Hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada September 2025 menjemput kabar positif. Pemesanan baru (new orders) menunjukkan peningkatan pada kuartal III–2025, dan dunia usaha menyatakan ada kenaikan permintaan.
Kepercayaan yang lebih tinggi juga berhasil membuat rekrutmen menambah tenaga kerja meningkat dalam dua bulan beruntun untuk memenuhi peningkatan permintaan.
Manufaktur menjadi penting untuk menjadi perhatian dunia investasi. Sebab, manufaktur adalah kontributor utama pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Ketika sektor ini tumbuh dan berekspansi, maka ekonomi secara keseluruhan akan ikut tumbuh.
Selanjutnya pada Oktober 2025 ini akan terdapat agenda laporan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada 8 Oktober, angka penjualan eceran atau ritel yang diumumkan pada 9 Oktober, posisi cadangan devisa Indonesia. Termasuk akan ada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terkait suku bunga acuan 21–22 Oktober 2025.
Adapun jika dibandingkan dengan indeks regional, atau rekan–rekannya di Asia, IHSG berdiri bersama indeks NIKKEI 225 Tokyo melesat 2,36%, dan Straits Times Index Singapura menghijau 0,18%, dalam rata–rata historis kinerja Oktober yang menghijau.
Sementara indeks Hang Seng Index Hong Kong mencatatkan penurunan 1,39%, dan Korea Stock Exchange atau KOSPI melemah 1,38%, pada data rata–rata 10 tahun perdagangan saham.
Jika mencermati lebih lanjut, penguatan paling tinggi dihadapi oleh indeks NIKKEI 225 Tokyo dengan penguatan mencapai 2,36% pada data rata-rata perdagangan saham Oktober dalam 10 tahun terbarunya.
Adapun sentimen yang mempengaruhi laju indeks utama NIKKEI 225 Tokyo adalah, prospek cerah dari sejumlah riset dan analis saham, pendapatan perusahaan yang terus menguat, optimisme pemulihan ekonomi Jepang, dan ekspektasi kebijakan Federal Reserve AS yang lebih ramah terhadap pemodal.
(fad/aji)






























