"Kami belum sepenuhnya selesai. Kami harus mengalahkan Hamas, tetapi saya pikir mereka akan bisa melakukannya. Jadi, sekarang saatnya Hamas menerima ketentuan rencana yang kami ajukan hari ini," ucap Trump.
Rencana tersebut menetapkan bahwa konflik dua tahun akan segera berakhir jika diterima Israel dan Hamas, serta semua sandera dan jenazah yang tewas dikembalikan dalam waktu 72 jam. Perjanjian ini juga akan membuat Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan dan menetapkan Israel tidak akan menduduki atau mencaplok Gaza.
Proposal ini mendorong penduduk Gaza untuk tetap tinggal di tempat, menjanjikan pemulihan bantuan dengan segera, dan menyatakan "panel ahli" akan dibentuk untuk "membangun dan menghidupkan kembali" wilayah yang hancur akibat perang melalui pembangunan ekonomi.
Netanyahu, dalam konferensi pers, mengaku mendukung rencana Trump untuk mengakhiri perang, menyebut bahwa rencana tersebut "mencapai tujuan perang kami."
"Israel akan tetap bertanggung jawab atas keamanan, termasuk perimeter keamanan untuk masa depan yang dapat diprediksi," imbuhnya.
Rencana ini menuntut Hamas untuk setuju tidak memegang peran langsung atau tidak langsung dalam pemerintahan Gaza, melainkan menyerahkan kendali wilayah tersebut kepada "komite Palestina teknokratis dan non-politik, yang bertanggung jawab atasuntuk menjalankan layanan publik sehari-hari."
Badan tersebut akan diawasi oleh "Dewan Perdamaian" yang dipimpin Trump, dan melibatkan partisipasi para pemimpin dunia lainnya, termasuk mantan PM Inggris Tony Blair. Ketentuan ini juga merujuk pada masa depan, di mana persyaratan untuk negara Palestina "mungkin akhirnya terwujud" jika perjanjian ini diimplementasikan.
Trump menggambarkan rencana itu sebagai landasan bagi peluang perdamaian yang lebih luas di Timur Tengah, menyoroti upayanya meyakinkan lebih banyak negara Teluk Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Dia juga mengatakan mitra Arab dan Muslim "sepenuhnya siap untuk melangkah maju."
"Ini hanyalah sebagian dari gambaran yang lebih besar, yaitu perdamaian di Timur Tengah, dan mari kita sebut saja perdamaian abadi di Timur Tengah," ujar Trump tentang rencana 20 poin tersebut. "Jadi, ini jauh lebih dari yang diprediksi siapa pun, tetapi tingkat dukungan yang saya terima dari negara-negara di Timur Tengah."
Shekel Israel melonjak ke level tertinggi dalam sesi perdagangan terhadap dolar setelah Trump mengatakan Netanyahu telah menyetujui rencana tersebut.
Trump membagikan rencananya kepada para pemimpin negara-negara mayoritas Muslim dalam pertemuan di New York pekan lalu di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB dan mengisyaratkan prospek kemajuan yang akan segera terjadi.
Trump dan Netanyahu memasuki pertemuan pada Senin, keempat kali tahun ini, di persimpangan jalan dengan Israel yang semakin terisolasi di panggung internasional dan meningkatnya tekanan dari Presiden AS untuk gencatan senjata.
Jalan menuju kesepakatan juga dipermudah dengan panggilan telepon—yang diatur Trump—pada Senin pagi, di mana Netanyahu menyatakan penyesalannya pada PM Qatar atas serangan ke Doha untuk membunuh para pemimpin senior Hamas.
Qatar, mediator utama antara Israel dan Hamas dan tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di kawasan tersebut, sangat marah atas serangan Israel, begitu pula negara-negara Arab lainnya.
Menurut ringkasan Gedung Putih, Netanyahu mengutarakan penyesalannya dalam panggilan tersebut, mengklaim serangan tersebut secara tidak sengaja menewaskan seorang anggota militer Qatar.
Trump mengatakan PM Qatar dan Netanyahu mengadakan percakapan "dari hati ke hati" dan mengumumkan kesepakatan untuk membentuk kelompok kerja trilateral formal antara ketiga negara guna "meningkatkan keamanan bersama, memperbaiki kesalahpahaman, dan menghindari ketidaksepahaman di masa depan."
Trump berulang kali menuntut Hamas agar membebaskan sandera tersisa—banyak di antaranya telah tewas—yang ditahan dalam serangannya. Namun, Trump, pendukung setia Israel, juga menunjukkan rasa frustrasinya terhadap perang yang terus dilakukan Netanyahu.
Trump secara terbuka menegur Netanyahu awal bulan ini setelah Israel menyerang Doha dan pekan lalu mengeluarkan peringatan keras bahwa ia tidak akan membiarkan Netanyahu mencaplok Tepi Barat.
Langkah ini berisiko semakin memperburuk situasi di kawasan tersebut, membahayakan harapan Trump untuk normalisasi lebih luas antara negara-negara Teluk Arab dan Israel, serta mengancam kelangsungan negara Palestina di masa depan.
"Saya tidak pernah meminta Israel untuk mengorbankan keamanannya, tetapi kami telah berbicara dengan keras dan terbuka. Tidak ada yang bersikap lebih baik pada Israel," kata Trump pada Senin. "Bibi, dia mengerti waktunya sudah tiba."
(bbn)

































