Logo Bloomberg Technoz

Baht Thailand jadi yang terlemah hari ini dengan penurunan nilai hingga 0,6%. Disusul yen Jepang 0,51%, won Korea Selatan 0,34%, dolar Singapura 0,33%, serta ringgit Malaysia melemah 0,32%.

Mata Uang Asia vs Dolar AS (Sumber: Bloomberg)

Menyusul peso Filipina yang terdepresiasi 0,31%, yuan offshore minus 0,24%, dolar Taiwan 0,09%, rupiah Indonesia 0,07%, dan dolar Hong Kong nilainya turun 0,02% terhadap dolar AS.

Rupiah juga masih belum mampu menghapus penurunan sepanjang tahun dengan mencatat kinerja year–to–date negatif 3,44%, terburuk kedua di Asia setelah rupee India yang terdepresiasi 3,48%.

Tekanan terhadap rupiah berlangsung setelah dalam pidatonya, Jerome Powell mengatakan prospek pasar tenaga kerja dan inflasi masih menghadapi risiko. Ia menegaskan kembali pandangannya para pengambil kebijakan The Fed harus melalui jalan sulit dalam mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

DXY Menguat Tajam (Bloomberg)

Sejumlah pejabat The Fed lain juga menunjukkan perbedaan pandangan. Gubernur The Fed Michelle Bowman menilai pembuat kebijakan berisiko tertinggal dan perlu bertindak tegas menurunkan suku bunga seiring pelemahan pasar tenaga kerja. Sebaliknya, Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic memperingatkan potensi inflasi tambahan dan menekankan perlunya kehati–hatian terhadap tekanan harga.

“Risiko jangka pendek terhadap inflasi cenderung meningkat, sementara risiko terhadap lapangan kerja justru menurun — ini situasi yang menantang,” kata Powell dalam pidatonya di Greater Providence Chamber of Commerce, Rhode Island, Selasa. 

Pernyataan Powell ini dinilai kurang dovish oleh pelaku pasar. Akibatnya prospek pelonggaran kebijakan moneter menjadi agak samar-samar.

Hal ini kemudian dimanfaatkan investor untuk mulai memborong dolar AS. Perilaku ini membuat mata uang Negeri Adidaya mulai bangkit dari keterpurukan dan mengantar mata uang Asia ke jalur merah, termasuk rupiah.

“Risiko dua arah berarti tidak ada jalur yang bebas dari risiko.”

Powell tidak memberikan isyarat apakah dirinya akan mendukung pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed berikutnya.

“Powell tidak se-dovish yang diharapkan pasar, mirip dengan nada yang ia sampaikan pekan lalu,” tulis ekonom Nationwide, Oren Klachkin, dalam catatan usai pidato, mengutip Bloomberg.

Survei Bloomberg

Perekonomian Indonesia diprediksi bakal tumbuh melambat pada kuartal III tahun ini dengan prediksi capaian pertumbuhan hanya 0,95% quarter–to–quarter, menurut survei Bloomberg terhadap para ekonom yang dirilis terbaru hari ini.

Estimasi tersebut lebih rendah dibanding perkiraan survei sebelumnya, yang meramalkan laju Produk Domestik Bruto pada kuartal ketiga akan mencapai 1% secara kuartalan.

Prediksi itu bila tercapai maka menjadi laju perlambatan yang tajam– menilik pada kuartal sebelumnya, ekonomi RI tumbuh 4,04% quarter–to–quarter, setelah pada kuartal I-2025 tumbuh negatif 0,98% meski ada perayaan Ramadan dan Lebaran, seperti dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik.

Sementara itu, dalam hitungan tahunan (year–on–year), perekonomian dalam negeri diprediksi tumbuh 4,8% pada kuartal III-2025, tak berubah dari proyeksi sebelumnya.

Ekonomi RI di Atas Ekspektasi Mencapai 5,12% pada Kuartal II-2025 (Bloomberg)

Hanya saja, bila prediksi tersebut terealisasi, itu juga akan menjadi perlambatan yang cukup dalam mengingat pada kuartal II lalu, perekonomian Indonesia tak terduga tumbuh melampaui 5,12%. 

Survei juga memprediksi, laju PDB pada kuartal IV-2025 akan melambat dengan pertumbuhan  4,7% year–on–year. Alhasil pada keseluruhan tahun, ekonomi RI diprediksi tumbuh hanya 4,9% tahun ini dan selanjutnya pada 2026 lajunya tak berubah. Baru pada 2027, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sedikit menguat menjadi 5%.

(fad)

No more pages