Perbankan hanya akan dikenakan biaya penempatan dana sebesar 2% oleh pemerintah bila menyalurkan suntikan likuiditas tersebut ke Kopdes. Dengan begitu, bank Himbara potensial mengantongi selisih atau margin kotor sebesar 4% bila menyalurkan ke Kopdes.
Menteri Ferry mengatakan, pengajuan pinjaman Kopdes akan dibikin lebih sederhana dibanding pinjaman kredit ke bank Himbara pada umumnya. Persetujuan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak diwajibkan, begitu pun persetujuan musyarawah desa khusus karena proposal pinjaman otomatis disetujui oleh kepala desa.
Sementara bagi perbankan Himbara, pada dasarnya pemberian kredit pada seorang debitur atau usaha, lazim mengikuti proses analisis kredit untuk menilai kelayakan si calon debitur mendapatkan pembiayaan juga kemampuan membayar pinjaman kelak. Aspek nonkeuangan juga diperhitungkan oleh perbankan terkait karakter calon debitur. Begitu juga kondisi ekonomi serta prospek usaha si calon peminjam.
Studi yang dilakukan oleh Center of Economic and Law Studies (CELIOS) dan dipublikasikan Juli lalu, menemukan, ada opportunity cost atau biaya kehilangan kesempatan yang ditanggung oleh perbankan senilai Rp76 triliun, ketika menyalurkan kredit ke Kopdes dengan bunga murah, yang lebih rendah dibanding tingkat imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sesuai asumsi APBN tahun ini di 7,1%.
"Kecenderungan meningkatnya opportunity cost ini menjadi sinyal, bahwa intervensi terhadap program koperasi melalui skema pembiayaan perbankan tanpa melalui perhitungan keekonomian yang matang dapat menjadi beban skal tersembunyi dan berpotensi mengganggu stabilitas pembiayaan jangka panjang sektor perbankan," kata tim peneliti CELIOS di antaranya Nailul Huda, Dyah A. Febriani dan Rani Septyarini.
Studi tersebut juga mendapati, mayoritas koperasi di Indonesia memiliki omzet tahunan yang sangat rendah di mana hampir separuhnya atau 59,42% koperasi hanya beromzet tak sampai Rp300 juta per tahun. Hanya ada 0,53% koperasi di Indonesia yang mampu meraih omzet lebih dari Rp50 miliar. Menurut peneliti CELIOS, kondisi tersebut mencerminkan bahwa sebagian besar koperasi belum tumbuh menjadi entitas ekonomi yang kuat dan mandiri.
Rendahnya omzet juga menjadi indikator belum optimalnya peran koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, serta masih lemahnya kapasitas manajerial, akses pasar, dan permodalan.
Dengan latar belakang yang agak suram, dalam hitungan CELIOS, terdapat risiko gagal bayar Kopdes selama 6 tahun masa pinjaman sebesar Rp85,96 triliun dan risiko tersebut ditanggung oleh Pemerintah Desa sekitar 20% total dana desa selama enam tahun.
Simulasi Usaha
Lantas, seperti apa gambaran prospek bisnis Kopdes Merah Putih sebenarnya? Beberapa lini usaha yang menjadi bidikan Kopdes seperti gerai sembako, klinik kesehatan sampai pergudangan hasil pertanian, sejatinya bukan sektor usaha baru. Di Indonesia sudah banyak yang menggelutinya hingga sukses menjadi pemain pasar dengan jaringan luas.
Bila berkaca pada praktik bisnis yang sudah dijalankan oleh pemain-pemain eksisting di masing-masing sektor, Kopdes Merah Putih bukan berarti tak memiliki peluang. Hanya, Kopdes dinilai perlu menerapkan strategi jitu agar usaha yang digeber bisa sukses sehingga fasilitas pinjaman murah yang dibiayai uang pajak rakyat, dapat bermanfaat optimal.
Pengamat ekonomi yang juga Direktur Panin Asset Management Rudiyanto memberi gambaran, dengan pinjaman maksimal Rp3 miliar, Kopdes bisa menimbang bisnis yang cocok untuk digeluti agar biaya operasional bisa ditutup, bunga dan pokok pinjaman bisa dibayar sekaligus memungkinkan koperasi membukukan keuntungan.
Mengacu pada tiga poin tersebut, analisis dilakukan memakai referensi perusahaan sejenis yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia saat ini.
Biaya operasional termasuk pembayaran gaji karyawan, biaya listrik, sewa, bahan bakar dan bahan baku. Dari Rp3 miliar pinjaman, maksimal Rp500 juta boleh digunakan untuk pos ini, sesuai PMK Nomor 49/2025.
Sedangkan dengan bunga kredit maksimal 6% per tahun dengan masa tenggang 6-8 bulan, maka itu tanggungan bunga kredit mencapai Rp180 juta. "Jadi, biaya yang harus ditutup adalah belanja operasional Rp500 juta ditambah Rp180 juta per tahun atau total Rp680 juta," jelas Rudiyanto.
Apabila diasumsikan pengurus Kopdes mengambil gaji full Rp500 juta per tahun, maka menurut Rudi, mereka harus memutar otak agar sisa dana pinjaman Rp2,5 miliar bisa menghasilkan sebanyak Rp680 juta per tahun atau 34% per annum. Bisnis apa saja yang potensial memberi untung bagi Kopdes hingga bisa menutup biaya operasional dan membayar cicilan pinjaman modal?
Sembako
Jenis usaha yang bisa ditekuni Kopdes adalah bisnis sembako. Di BEI, ada PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pemilik Alfamart adalah salah satu dedengkot bisnis sembako di Tanah Air yang bisa menjadi referensi Kopdes.
Berdasarkan laporan kinerja keuangan Juni 2025, Alfamart mencetak penjualan Rp63 triliun, dengan keuntungan operasional Rp1,78 triliun. Dengan demikian, margin keuntungan operasional Alfamart mencapai 2,83%. Itu berarti, setiap penjualan Alfamart sebanyak Rp1 juta, keuntungan sebelum pajak yang mereka kantongi adalah sebesar Rp28.300. "Margin [bisnis] sembako memang tipis-tipis," kata Rudiyanto.
Jika Kopdes adalah Alfamart, memakai asumsi operating profit margin 2,82%, maka Kopdes harus bisa menggeber penjualan sebanyak Rp24,03 miliar per tahun atau sekitar Rp2 miliar per bulan, setara Rp66,7 juta per hari agar bisa membukukan profit sebesar Rp680 juta per tahun.
"Misalnya mau jualan gas LPG 3 kilogram seharga Rp25.000, maka Kopdes harus jual 2.668 tabung LPG 3 kg per hari," demikian Rudiyanto memberi gambaran.
Apotek
Lini usaha apotek juga digadang bisa digeluti oleh Kopdes. Di BEI, ada PT Kalbe Farma Tbk, produsen farmasi dan pemilik jaringan apotek Mitrasana. Per Juni lalu, penjualan Kalbe Farma mencapai Rp17,08 triliun dengan keuntungan operasional Rp2,45 triliun. Sehingga marginnya sekitar 14,3%.
Margin apotek lebih tinggi daripada sembako, tapi butuh dukungan seperti apoteker berizin, pasokan obat dan rujukan rumahsakit atau puskesmas, kata Rudiyanto. Bila Kopdes menggeluti bisnis ini, untuk mengantongi target menutup biaya operasional dan bunga total Rp680 juta selama setahun, maka penjualan perlu dikejar sebanyak Rp4,75 miliar per tahun atau Rp400 juta per bulan. Itu setara penjualan Rp13,2 juta per hari.
Sebagai contoh, misalnya Kopdes menjual obat sakit kepala dengan harga per boks Rp150.000, maka untuk mengejar omzet itu ia harus bisa menjual 88 boks setiap hari.
Klinik Kesehatan
Kopdes juga bisa diarahkan menggeluti bisnis klinik kesehatan. Usaha klinik kesehatan mirip dengan rumah sakit versi lebih kecil. Di BEI, ada PT Medikaloka Hermina Tbk, pemilik jaringan rumah sakit Hermina. Kinerja kuartal II-2025, Hermina membukukan penjualan Rp3,39 triliun. Dengan tingkat margin 13,5%.
Bisnis klinik kesehatan membutuhkan fasilitas laboratorium, ruang operasi, kamar inap sampai ruang perawatan intensif, tenaga dokter dan perawat.
Jika Kopdes menggeluti bisnis ini, untuk menggaet untung Rp680 juta per tahun, ia harus membukukan omzet Rp5,03 miliar setahun atau Rp420 juta per bulan.
Sebagai contoh, dari jasa rawat inap dengan tarif Rp250.000 per hari, maka dibutuhkan 56 pasien opname di klinik setiap hari selama sebulan untuk meraih target penjualan tersebut.
Logistik
Bisnis logistik juga bisa jadi pilihan sektor Kopdes. Di BEI ada perusahaan logistik PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG). Kinerja terakhir perusahaan ini, memiliki margin 14,5%. "Bisnis logistik membutuhkan armada, sopir, gudang, titik pengumpulan barang, sistem navigasi barang kiriman," kata Rudiyanto.
Kopdes harus mencetak omzet Rp390 juta per bulan atau Rp4,69 miliar setahun agar bisa menutup biaya operasional dan membayar bunga pinjaman. Sebagai gambaran sederhana, bila pendapatan dari pengiriman paket adalah Rp10.000, maka tiap hari setidaknya harus ada 1.300 paket yang dikirimkan.
Bisnis Pinjaman
Rudi membeberkan, bila Kopdes menggarap lini ini, maka koperasi cukup menggeber pinjaman ke masyarakat dengan modal Rp2,5 miliar mengenakan bunga 2,26% per bulan atau 27,2% per tahun agar bisa mengantongi laba operasional Rp680 juta. Itu dengan catatan tidak boleh ada kredit yang macet.
Untuk menjalankan usaha pemberian kredit seperti bank, Kopdes harus punya kemampuan analisis kredit, akses ke BI Checking atau SLIK, kemampuan penagihan kredit, eksekusi jaminan sampai lelang jaminan.
Rudi mengatakan, semua simulasi di atas termasuk asumsi operating profit margin berasal dari perusahaan-perusahaan dengan pengalaman puluhan tahun dan nama kuat. Itu akan menjadi tantangan bagi Kopdes yang baru berdiri dan beroperasi di perdesaan.
"Model bisnis yang bisa segera menghasilkan dan lebih gampang diterapkan kemungkinan adalah model simpan pinjam. Jadi, koperasi memberi pinjaman menggantikan rentenir dan pinjol ilegal di daerah. Meski demikian, bunganya tidak bisa rendah-rendah amat karena bakal tidak menutup biaya," kata Rudiyanto.
Kopdes perlu rasional menjalankan bisnis agar biaya operasional bisa lebih kecil sehingga peluang membukukan pendapatan serta keuntungan lebih terbuka.
Demi menggaet cuan lebih pasti, Kopdes juga bisa melirik bisnis yang sudah jelas ada pasarnya seperti penyewaan dapur untuk program Makan Bergizi Gratis, atau penyediaan bahan baku untuk MBG. "Sebab sulit bagi orang yang baru memulai usaha untuk bisa langsung untung," kata Rudi.
-- Menambah pada perincian simulasi penjualan.
(rui/aji)
































