Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, kinerja harga saham SBAT tak sejalan dengan perubahan struktur kepemilikan. Sejak Mei 2021, saham ini terus melemah dan sempat bertahan di kisaran Rp50 per saham. Tekanan berlanjut hingga terjun ke Rp1 pada 2023.

Nasib saham semakin berat setelah Bursa Efek Indonesia menghentikan perdagangannya pada September 2024. Suspensi membuat emiten tekstil ini praktis kehilangan likuiditas di pasar, sementara posisinya di papan perdagangan terhenti di level terendah.

Padahal, Bloomberg memperlihatkan saham SBAT pernah mencapai level tertingginya. Pada 2020, harganya sempat menyentuh rekor tertinggi di kisaran Rp354/saham sebelum berbalik anjlok hingga ke titik terendah seperti sekarang.

Puncaknya, pada 29 Agustus 2025, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan SBAT dalam keadaan pailit melalui perkara No. 3/Pdt.Sus-PKPU/2025/PN Niaga Jkt. Pst. Dengan putusan tersebut, seluruh aset perusahaan berada di bawah penguasaan kurator.

Manajemen menyatakan perusahaan sudah berhenti beroperasi sejak Juli 2024. Perseroan juga menegaskan tidak mengajukan upaya hukum atas putusan pailit tersebut, dan langkah selanjutnya akan dibicarakan bersama kurator terkait perlindungan kepentingan pemegang saham publik.

(dhf)

No more pages