Sebagai seorang ekonom, Purbaya mengatakan peluang pertumbuhan ekonomi 8% bisa dicapai dalam dua atau tiga tahun ke depan. Hal ini dilakukan dengan mengombinasikan peran swasta dan pemerintah. Sebab, selama 20 tahun terakhir, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami ketimpangan.
Sebagai gambaran, pemerintahan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono lebih mendorong peran swasta. Sehingga, kredit tumbuh dengan cepat, tetapi peran pemerintah tidak optimal. Sementara, pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo mendorong peran pemerintah dalam membangun infrastruktur. Sehingga, peran swasta menjadi redup. Hal ini menyebabkan rata-rata pertumbuhan kredit hanya berkisar 7%.
Tak hanya itu, Purbaya mengatakan akan menggenjot konsumsi masyarakat yang selama ini menjadi komponen pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
"90% permintaan domestik, masa kita takut? Apalagi globalnya tidak jelek-jelek amat sekarang," ujarnya.
Sebelumnya, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 berada di level 5,12% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibanding kinerja kuartal I 2025 yang sebesar 4,87%,
Level kinerja ekonomi ini juga jauh lebih tinggi dibanding konsensus Bloomberg yang menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi sebesar 4,8%.
"Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 tercatat 5,12% secara tahunan dibanding kuartal II 2024. Angka pertumbuhan secara kuartalan 4,04% dibanding kuartal sebelumnya," ujar Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS dalam Konferensi Pers, Selasa (5/8/2025).
(ain)





























