Logo Bloomberg Technoz

Akan tetapi, dia memandang Danantara juga berisiko memikul beban yang berat untuk melakukan restrukturisasi besar-besaran di lini bisnis GNI.

Terlebih, smelter berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) untuk menghasilkan bahan baku baja nirkarat tersebut sempat mengalami gangguan operasional karena perusahaan induk usahanya mengalami gangguan keuangan di China.

“Langkah Danantara masuk ke proyek smelter HPAL [high pressure acid leach] Vale-GEM merupakan salah satu pilihan [yang lebih] strategis dalam jangka panjang,” Ali menegaskan.

Proyek US$1,42 M

Kerja sama antara Danantara dengan GEM diawali dengan penandatanganan pokok perjanjian atau head of agreement (HoA) pekan lalu. GEM sendiri merupakan perusahaan publik asal China di bidang metalurgi hijau dan solusi ekonomi sirkulas.  

CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan pokok perjanjian tersebut menetapkan kerangka kerja untuk potensi investasi bersama di smelter HPAL yang dirancang untuk kapasitas 66.000 ton nikel dalam endapan hidroksida campuran per tahun.

“Proyek ini diperkirakan bernilai sekitar US$1,42 miliar dan diharapkan melibatkan kolaborasi dengan PT Vale Indonesia Tbk., dengan potensi partisipasi dari mitra global lainnya,” paparnya, Rabu (27/8/2025).

Pada perkembangan lain, GEM juga telah menginvestasikan US$30 juta untuk mendirikan laboratorium penelitian metalurgi mutakhir bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan tujuan memperkuat peran Indonesia sebagai pusat penelitian dan pengembangan.

Dalam lima tahun ke depan, inisiatif di Indonesia Green Industrial Park (IGIP) bertujuan untuk menciptakan hingga 80.000 lapangan kerja baru, yang memberikan manfaat ekonomi yang luas.

Dalam kesempatan terpisah, Rosan juga sempat mengungkapkan Danantara tengah membuka peluang mengakuisisi smelter PT GNI, yang notabene merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) hilirisasi nikel.

Rosan menyatakan Danantara memang tengah mengkaji investasi ke proyek hilirisasi serupa. Jika smelter milik anak usaha Jiangsu Delong Nickel Industry Co. itu masuk kedalam kriteria investasi, tegasnya, Danantara bisa saja berinvestasi di PT GNI.

Konstruksi proyek nikel PT Gunbuster Nickel Industry./dok. GNI

Adapun, anggota Dewan Penasihat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengungkapkan salah satu pendaan baru untuk PT GN disebut-sebut berpotensi diberikan oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.

Namun, dia mengatakan kabar seputar rencana akuisisi smelter GNI oleh Danantara masih terus berkembang.

Saat ini, menurutnya, Danantara dikabarkan masih menunggu persetujuan pemangku kepentingan dan proses due diligence. Menurut Djoko, Danantara akan menyiapkan pendanaan awal akuisisi GNI sekitar US$20 miliar.

Selain dari Danantara, kata Djoko, pendanaan untuk GNI berasal dari kredit sindikasi senilai US$60 juta untuk mendukung likuiditas jangka menengah.

Sekadar catatan, sejak awal 2025, GNI telah memangkas kapasitas operasional smelter-nya menjadi hanya 30%—40% dari total, alias hanya menjalankan 12 dari 25 lini produksinya, menyusul penyesuaian manajemen dan isu pasokan.

Gangguan produksi GNI—yang menyerap sekitar 10.900 tenaga kerja — salah satunya dipicu oleh krisis keuangan Jiangsu Delong, penurunan harga nikel global, dan keterlambatan pembayaran ke pemasok energi serta bijih nikel.

GNI melalui pernyataan pada 25 Februari 2025 sempat menegaskan bahwa operasional smelter-nya masih berjalan, di tengah penyesuaian manajemen agar kinerja perseroan lebih kuat.

(azr/wdh)

No more pages