Pertemuan koalisi negara-negara pendukung Ukraina yang berlangsung di Paris bertujuan memfinalisasi pembahasan di tingkat Eropa soal jaminan keamanan pascaperang. Para pemimpin juga dijadwalkan berbicara dengan Donald Trump.
Menurut sejumlah sumber, Eropa akan mendorong komitmen lebih jelas dari Amerika Serikat terkait kontribusi jaminan keamanan itu, sekaligus menekan Washington agar memperketat sanksi terhadap Rusia. Hal ini menyusul sikap Presiden Vladimir Putin yang tidak menunjukkan niat untuk bertemu dengan Zelenskiy dalam waktu dekat.
Prancis ingin pertemuan tersebut menyampaikan pesan bahwa Eropa telah melakukan bagiannya untuk mendukung Ukraina. Kini, mereka menunggu Trump agar menepati ancamannya meningkatkan tekanan terhadap Kremlin. Presiden Emmanuel Macron pada Rabu lalu di Paris, berdiri bersama Zelenskiy, menyatakan Eropa siap memberikan jaminan keamanan bagi Kyiv.
Perdana Menteri Belanda dan Polandia dijadwalkan hadir langsung dalam pertemuan di Paris bersama Zelenskiy. Sementara itu, pemimpin Inggris, Italia, Jerman, serta utusan khusus AS Steve Witkoff akan bergabung melalui konferensi video.
Meski Trump belakangan berupaya menengahi akhir invasi penuh Rusia, termasuk pertemuannya dengan Putin di Alaska bulan lalu, Moskow belum menunjukkan kesediaan untuk menyepakati gencatan senjata. Presiden AS memang telah mengancam sanksi untuk menekan Rusia, namun sejauh ini belum benar-benar menjatuhkannya.
Sementara itu, Eropa mengambil peran utama dalam pembahasan jaminan keamanan bagi Ukraina. Salah satu wacana yang muncul adalah pengiriman pasukan setelah perang usai, meski gagasan itu masih memicu perbedaan sikap di antara negara-negara Eropa. Rusia pun menegaskan hal tersebut tidak bisa ditoleransi. Trump sendiri menolak opsi pengerahan pasukan AS, namun mengatakan negaranya mungkin memberikan dukungan udara dan intelijen.
“Ukraina harus menyetujui arsitektur keamanan apa pun yang ada,” kata Duta Besar AS untuk NATO, Matthew G. Whitaker, dalam wawancara di Bled, Slovenia, Selasa lalu. Namun, ia menambahkan, Rusia juga harus “merasa nyaman” dengan kesepakatan tersebut.
Sekjen NATO Mark Rutte pada Rabu mengatakan, setelah Eropa menyelesaikan pembahasan jaminan keamanan, para pemimpin bisa melibatkan AS “dengan lebih intensif.” Menurutnya, kejelasan soal isu ini akan menjadi “sangat penting” sebelum ada pertemuan antara Putin dan Zelenskiy.
Meski demikian, seorang diplomat senior Eropa menilai momentum diplomasi yang terlihat awal bulan lalu kini mulai meredup. Negosiasi tersendat sementara Rusia bersiap melakukan serangan lebih lanjut.
Serangan musim panas Rusia hingga kini belum menghasilkan perolehan wilayah signifikan. Pasukan Moskow hanya bergerak lambat, merebut 2.033 kilometer persegi dari Mei hingga Agustus, atau sekitar 0,3% dari total wilayah Ukraina.
Rusia juga meningkatkan serangan udara di tengah upaya Trump mengakhiri invasi. Juli lalu tercatat sebagai bulan paling mematikan bagi warga sipil sejak Mei 2022, dengan 589 orang tewas dan 1.152 lainnya terluka, menurut PBB. Serangan terbaru Rusia ke Kyiv pada 28 Agustus menewaskan sedikitnya 25 orang, kata otoritas setempat.
Tanpa tanda-tanda bahwa Rusia akan mengakhiri perang dalam waktu dekat, Zelenskiy bersama para pendukungnya kini fokus memperkuat militer Ukraina. Kanselir Jerman Friedrich Merz menyebut langkah ini sebagai “jaminan keamanan terpenting yang bisa kami berikan.”
Pertanyaan soal kemungkinan pengerahan pasukan asing ke Ukraina, kata Merz, hanya bisa dijawab setelah tercapai gencatan senjata. Ia menegaskan penguatan militer Kyiv harus tetap dilanjutkan selama proses negosiasi damai dengan Rusia.
“Ukraina harus mampu mempertahankan diri dalam jangka panjang, dan kami ingin membantu mereka mewujudkannya, baik sekarang maupun di masa depan,” ujar Kanselir Jerman itu.
(bbn)

































