Logo Bloomberg Technoz

“Diproyeksikan kembali merugi mulai kuartal II-2025, sesuai estimasi kami,” kata Ryan dan Reggie dalam risetnya.

Proyeksi kinerja operasional & lifting migas PGN. (Indo Premier)

Di sisi lain, Indo Premier mencatat terjadi perbaikan kinerja pada lini bisnis utama PGN di antaranya portofolio transmisi, distribusi, dan infrastruktur pendukung gas.

“Termasuk yang berada di bawah Pertagas menunjukkan perbaikan secara tahunan,”  kata Ryan dan Reggie dalam risetnya.

Dalam pertemuan dengan analis pada Januari 2025, manajemen PGN membeberkan produksi migas bakal turun sebesar 15,6% secara tahunan ke level 17.233 barel setara minyak per hari (bsmph) pada tahun ini.

Adapun, Indo Premier mengestimasikan tren lifting migas Saka Energi bakal berada di level 7.500 bsmph sampai akhir tahun ini. Sementara itu, lifting migas pada periode 2026 dan 2027 masing-masing akan terkoreksi ke level 6.000 bsmph dan 5.700 bsmph.

Proyeksi  akhir tahun itu meleset dari outlook yang disusun sejumlah analis yang belakangan dipengaruhi penurunan alamiah dari aset operasi Saka Energi.

“Karena penurunan alami dan penyesuaian perencanaan pengeboran sumur,” tulis analis CGS Interational Bob Setiadi lewat riset dikutip Senin (25/8/2025).

Selain itu, kata Bob, aset migas Saka Energi di Amerika Serikat (AS), blok shale gas Fasken, belakangan turut terdampak dari harga gas yang lebih rendah dari perkiraan manajemen.

Apalagi, dia menambahkan, penurunan lifting Saka Energi tahun ini juga bakal ditekan oleh koreksi dari kinerja blok Pangkah.

Tren penurunan lifting migas itu terjadi di tengah wacana manajemen untuk kembali mendorong upaya divestasi Saka Energi ke PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Apalagi, belakangan PGN kembali mengalami persoalan defisit gas pipa dari sejumlah kontraktor untuk memenuhi kebutuhan industri di Jawa Barat.

Sekadar catatan, PGN mengelola 11 blok migas lewat Saka Energi. Enam blok di antaranya telah beroperasi sementara sisanya masih dalam tahap eksplorasi.

Saka Energi turut mengimpit saham minoritas 36% di blok shale gas di AS, yakni Blok Fasken.

Perusahaan juga memegang kendali penuh atas Blok Ujung Pangkah, Blok Sesulu Selatan, Blok Muriah, Blok Pekawai, Blok Yamdena Barat, dan Blok Sangkar.

Di sisi lain, penyertaan modal minor Saka Energi tersebar di Blok Ketapang, Blok Bengkanai Barat hingga Blok Muara Bakau.

Sebelumnya, wacana divestasi Saka Energi itu sempat dilempar kembali oleh Dirut PGN Arief Setiawan Handoko saat rapat dengar pendapat atau RDP dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Saat itu, Arief mengatakan perseroannya tengah menawarkan Saka Energi untuk bisa dikelola oleh PHE. Hanya saja, kata Arief, PHE belum tertarik untuk mengambil alih Saka Energi.

“Jadi ini PR kita bersama, waktu itu kita menawarkan upstream kita dikelola sama PHE, tetapi [PHE] belum mau menerima karena tidak begitu bagus untuk diterima,” kata Arief saat RDP dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Proyeksi kinerja keuangan PGN. (Indo Premier)

Seiring dengan rencana restrukturisasi bisnis yang kembali mencuat, PGN justru mencatatkan penurunan tajam pada laba bersih kuartal I-2025.

Laba bersih PGN merosot 48,8% secara tahunan menjadi US$62,02 juta atau setara sekitar Rp1,04 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, PGN mencatat laba sebesar US$121,14 juta.

Sinyal penurunan laba bersih PGAS sudah tercermin dari top line perusahaan. Pendapatan PGAS hanya naik tipis 1,81% secara tahunan menjadi US$966,56 juta dari sebelumnya US$949,33 juta. 

Kontributor utama pendapatan masih berasal dari penjualan gas bumi, terutama kepada pelanggan industri dan komersial senilai US$655,54 juta, serta rumah tangga sebesar US$12,25 juta.

Namun, peningkatan pendapatan tersebut dibayangi oleh lonjakan beban pokok pendapatan yang naik 11,98% secara tahunan menjadi US$825,95 juta, dibandingkan US$737,56 juta pada kuartal I-2024. Kenaikan biaya ini turut menggerus margin keuntungan perseroan.

(naw/wdh)

No more pages