Realisasi bisnis Grab terbaru pun dilaporkan melampaui konsensus analis dengan kenaikan pendapatan 23% menjadi US$819 juta pada kuartal II-2025, perusahaan melaporkan pada akhir Juli dikutip dari Bloomberg. Sebelumnya para analis memperkirakan pendapatan Grab hanya US$812 juta.
Sepanjang kuartal II-2025 Grab menghasilkan permintaan berkelanjutan pada dua layanan utama, ride-hailing dan delivery. Data mencatat Grab mampu menambah sekitar 2 juta pengguna bulanan pada periode April hingga Juni, alhasil tercapai akumulasi 46 juta MAU.
Grab juga mendorong inisiatif layanan keuangan digital dengan perkiraan jumlah pinjaman yang dikeluarkan dari saat ini US$708 juta menjadi lebih dari US$ 1 miliar hingga akhir 2025. Chief Financial Officer Grab Peter Oey menyampaikan bahwa inisiatif baru memberi pertumbuhan signifikan.
Kevin Jonatahn dan Yogi Satrio, analis dari Bahana Sekuritas menyampaikan “kami meyakini bahwa strategi harga agresif Grab yang berkelanjutan berpotensi mengikis pangsa pasar Gojek atau menekan marjinnya.” Bahana memberi rekomendasi Hold pada saham GoTo dengan target harga Rp73.
Sementara, Gani dari OCBC Sekuritas (memberi rekomendasi Buy dengan target harga Rp100) menyatakan bahwa layanan on demand telah mempertontonkan perbaikan secara konsisten dalam capaian EBITDA yang disesuaikan di tengah agresivitas Grab dalam promosi harga. Khusus GoTo, perusahaan memiliki peluang kembali bertumbuh sepanjang 2025 usai melihat tren bisnis periklanannya yang melesat 45% yoy pada awal kuartal ini.
Potensi Merger GoTo-Grab
Rumor penjajakan merger bernilai US$7 miliar dua perusahaan pengelola platform ride-hailing, Grab-GoTo, belum surut meski keduanya telah membantah. Seperti pernyataan Grab terakhir bahwa mereka tidak sedang dalam pembicaraan untuk mengakuisisi pesaingnya “pada saat ini.”
Wajar apabila spekulasi merger terdengar kembali usai penjualan obligasi yang bisa dikonversi menjadi saham US$1,5 miliar. Hal yang memicu spekulasi Grab sedang memperkuat cadangan modalnya untuk mengakuisisi GoTo.
Bloomberg melaporkan bahwa penjajakan merger akhir-akhir ini berjalan melambat efek kekhawatiran baru terganjal regulasi monopoli atas satu industri. Pada bulan Mei Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengambil langkah preventif atas kabar merger Grab-GoTo dengan melakukan penelitian mandiri, kata Ketua KPPU, M. Fanshurullah Asa, namun memberi estimas potensi transaksinya mencapai Rp 114,8 triliun.
Enam faktor yang menjadi cakupan analisis KPPU adalah; hambatan masuk pasar; potensi perilaku anti persaingan; efisiensi; kebijakan peningkatan daya saing dan penguatan industri nasional; pengembangan teknologi dan inovasi; dan perlindungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
(red/wep)

































