Kout kini memiliki persenjataan nuklir yang terus berkembang, meskipun di tengah sanksi internasional. Program senjatanya mencakup bom atom dan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dirancang untuk menjangkau wilayah daratan utama AS. Pyongyang beralasan bahwa pengembangan nuklir ini bertujuan sebagai penangkal ancaman, terutama dari AS dan Korea Selatan (Korsel).
Dalam perubahan nada dari retorika sebelumnya yang sepenuhnya menolak keterlibatan, Kim Yo Jong menyatakan bahwa kedua negara sebaiknya menghindari arah yang konfrontatif. “Jika demikian, akan bijak untuk mencari cara baru dalam membangun kontak berdasarkan pemikiran yang juga baru,” ujarnya.
Kim Yo Jong kerap menjadi wajah publik dari pesan-pesan diplomatik Korut, terutama saat menyampaikan perubahan sikap atau posisi keras. Ia sering digambarkan sebagai tangan kanan Kim Jong Un dalam urusan antar-Korea.
Tahun lalu, Korut untuk pertama kalinya merilis foto fasilitas pengayaan uranium untuk bom atom—tanda bahwa mereka tak lagi merasa perlu menyembunyikan program yang dulu keras mereka bantah ketika Presiden AS George W. Bush pertama kali menuding keberadaannya pada 2002. Pada Januari lalu, Kim Jong Un kembali meninjau laboratorium pembuat bahan nuklir tingkat senjata dan mengatakan bahwa negaranya harus memperkuat “perisai nuklirnya".
“Jika AS gagal menerima kenyataan yang telah berubah dan terus bersikeras dengan pendekatan masa lalu yang gagal, maka pertemuan antara DPRK dan AS akan tetap menjadi harapan sepihak dari pihak AS,” ujar Kim Yo Jong menutup pernyataannya.
(bbn)


































